
Jakarta – SuaraNusantara.com
Pada awal tahun 1970 hingga awal 1980 Kepulauan Nias menjadi tujuan kapal-kapal pesiar yang membawa wisatawan dari luar negeri. Bahkan Wakil Presiden RI ketiga, Adam Malik, dengan menaiki helikopter berkunjung ke Kepulauan Nias sekaligus menetapkan Gomo (Nias Selatan) sebagai desa budaya.
Puluhan tahun sudah masa-masa keemasan pariwisata Kepulauan Nias telah lewat. Dalam rentang waktu itu pula, puluhan bahkan ratusan situs maupun objek-objek wisata yang dahulu ramai dikunjungi wisatawan saat ini kondisinya memprihatinkan. Tidak terurus dan lapuk dimakan umur.
Ibarat pepatah “Emas, dimasukan ke lumpur sekali pun tetaplah emas”. Pariwisata Kepulauan Nias meski terpuruk—baik karena imbas krisis moneter tahun 1999 maupun minimnya anggaran dari pemerintah pusat—perlahan namun pasti mulai bangkit dan menggeliat.
Titik balik kebangkitan pariwisata Kepulauan Nias ditandai dengan diluncurkannya tagline “Nias Pesona Pulau Impian” oleh Kementerian Pariwisata RI di Jakarta pada tanggal 2 Juni 2016. Disaat bersamaan pula, Menteri Pariwisata Arief Yahya yang diwakili oleh Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Indonesia, Esti Reko Astuti, meluncurkan even Pesta Ya’ahowu 2016.
Ada pun agenda Pesta Ya’ahowu 2016, yakni, pembukaan pada 17 September di Lapangan Orurusa, Telukdalam, Nias Selatan. Pada hari pertama lima kabupaten/kota se-Kepulauan Nias akan menampilkan atraksi seni dan budaya.
Kemudian pada hari kedua pembukaan pameran yang berlangsung selama tiga hari. Pada hari yang sama dilaksanakan kunjungan ke objek wisata Boronadu, Sorake, Hilinawalo Mazino, Orahili, dan Hilimondregeraya. Keesokan harinya dilanjutkan dengan pagelaran seni dan budaya.
Masih dalam rangkaian kegiatan ‘Pesta Ya’ahowu”, pada rentang waktu Agustus-September, digelar pemilihan duta wisata Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Utara.
Sementara itu, di Kabupaten Nias Utara pada bulan September digelar pertunjukan seni budaya, festival kuliner, lomba desain dan peragaan busana tradisional, perlombaan paduan suara, maena, dan olahraga tradisional.
Selanjutnya pada tanggal 24-26 November 2016 di Kota Gunungsitoli berlangsung perlombaan maena, lagu tradisional, paduan suara, desain busana tradisional, olahraga tradisional, festival kuliner, atraksi seni budaya.
Penyabar Nakhe, koordinator pelaksana event “Pesta Ya’ahowu” yang ditemui beberapa waktu lalu mengatakan, tujuan diadakannya event “Pesta Ya’ahowu” untuk membangun kesadaran bersama tentang pentingnya peran pariwisata dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan memajukan perekonomian daerah.
“Sekaligus membangun sinergitas antar pemerintah daerah di Kepulauan Nias dalam mengembangkan daya tarik wisata yang terintegrasi, terjadwal dan berkesinambungan,” ujar Penyabar.
Selain itu, event yang menjadi agenda tahunan ini menjadi ajang melestarikan dan mengembangkan kreativitas seni budaya, serta menemukan masalah dan solusi dalam pengembangan pariwisata di seluruh wilayah Kepulauan Nias.
Pria yang menjabat Ketua Bidang Lembaga Seni Budaya dan Pariwisata (LSBP) di Himpunan Masyarakat Nias Indonesia (HIMNI) juga menyampaikan, pada tanggal 16-19 September 2016 di perbatasan Kabupaten Nias dengan Kabupaten Nias Selatan atau tepatnya di Bawolato, akan disiapkan rest area bagi masyarakat yang hendak mengunjungi acara di Telukdalam.
“Disediakan snack dan air kelapa muda gratis di rest area bagi masyarakat dari luar Nias Selatan,” ujar Penyabar Nakhe. (MH)