
Jakarta-SuaraNusantara
Penembakan brutal di Munich, Jerman menyebabkan 9 orang tewas. Terkait dengan aksi teror tersebut, KBRI Berlin dan KJRI Frankfurt, menginformasikan tidak ada WNI yang menjadi korban.
“Tidak ada WNI yang menjadi korban dalam kejadian ini,” ujar Direktur Perlindungan Warga Negara dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kementerian Luar Negeri Indonesia, Lalu M. Iqbal dalam rilis yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri Indonesia, Sabtu (23/7/2016).
Menurut Iqbal, KBRI Berlin berkoordinasi dengan KJRI Frankfurt telah meminta agar WNI di Munich, khususnya yang berada di sekitar lokasi, untuk menjauhi lokasi pertokoan, menjauhi tempat publik dan tempat lain yang memiliki potensi serangan teror serta mengikuti arahan keamanan dari otoritas setempat.
Berdasarkan data Kemenlu, terdapat sekitar 11.780 WNI di wilayah kerja KJRI Frankfurt, termasuk di dalamnya sekitar 894 orang yang tinggal di kota Munich. Sebagian besar WNI berstatus mahasiswa (248 orang), ibu rumah tangga (165 orang), karyawan (151 orang), serta wiraswasta (9 orang).
KJRI Frankfurt menyediakan sambungan telepon khusus khusus bagi masyarakat Indonesia yang memiliki kerabat di Munich dan membutuhkan informasi lebih lanjut, yakni di nomor telepon +49 162 4129044 atau hotline Kemlu RI di +6281290070027.
Teror Landa Jerman
Area pusat perbelanjaan Olympia Shopping Centre, Munich, menjadi lokasi kebiadaban seorang lelaki berusia 18 tahun, Jumat (22/7) sore waktu setempat. Pelaku menembak secara membabi-buta ke segala arah.
Penyerang mulai melepas tembakan kepada anak-anak yang sedang makan di gerai makanan cepat saji McDonald yang berada di seberang Olympia. Dia kemudian menyeberang jalan menuju Mal Olympia yang berdekatan dengan lokasi Olimpiade 1972.
Seorang saksi, Lauretta, berkata bahwa putranya yang berusia 8 tahun melihat pelaku mengisi pistol dengan peluru di dalam toilet McDonald.
“Laki-laki berbadan besar itu lalu keluar toilet menuju depan restoran, dan menembakkan pistolnya kepada pengunjung McDonald dan orang-orang di jalanan,” kata Lauretta.
Saksi mata lainnya mengatakan, suara tembakan terdengar 20 kali, membuat orang-orang di depan McDonald panik ketakutan dan berlarian.
Dalam keterangan persnya, polisi menyebutkan tersangka memiliki dua kewarganegaraan Jerman-Iran, tinggal sudah dua tahun di kota Munchen. Jumlah korban tewas mencapai setidaknya 10 orang, termasuk pelaku yang tewas bunuh diri. Sejauh ini, motif pelaku belum diketahui.
“Pelaku tidak dikenal oleh polisi dan tidak diketahui pula kaitannya dengan kelompok teror,” ujar Kepala polisi Munchen Hubertus Andrae.
Laporan awal menyebutkan ada tiga tersangka penyerang, setelah saksi mata melihat dua orang lainnya meninggalkan tempat kejadian dengan sebuah mobil dengan kecepatan tinggi, tetapi kemudian diketahui mereka tidak terlibat.
Ketenangan di Jerman mulai terusik seiring datangnya gelombang pengungsi asal Timur Tengah yang jumlahnya mencapai 1 juta orang. Sebagian dari pengungsi ternyata bukan murni pengungsi. Mereka berusaha “memindahkan” perang ke daratan Eropa.
Selasa (19/7/2016) kemarin, seorang pengungsi remaja Afghanistan bersenjatakan kapak dan pisau menyerang dan melukai empat orang di sebuah kereta di Wurzburg, Jerman selatan.
Tiga orang terluka parah dan seorang lagi menderita luka ringan dalam serangan itu. Setidaknya 10 orang lainnya sempat dirawat di rumah sakit karena shock.
Menteri Dalam Negeri negara bagian Bayern, Joachim Herrmann mengatakan penyerang adalah seorang pengungsi Afghan berusia 17 tahun yang tinggal di kota Ochsenfurt -tak jauh dari lokasi serangan.
Bulan Mei lalu, seorang pria juga melakukan serangan dengan pisau di sebuah stasiun di Muenchen, menewaskan satu orang dan melukai tiga orang lainnya.
Meski kesemua pelaku diketahui berteriak “Allahu akbar” sebelum melakukan serangan, tetapi pihak berwenang tidak menemukan kaitan mereka dengan kelompok-kelompok ekstrimis Islam. (eka)