
Nias Barat-SuaraNusantara
Miris rasanya melihat jembatan yang kondisinya masih sangat bagus, dihancurkan untuk membangun jembatan baru. Semakin miris karena kabarnya pembangunan keempat jembatan baru itu masing-masing menghabiskan dana sekitar Rp. 2,5 miliar. Bila saja dana itu digunakan untuk membangun jalan, tentu akan lebih bermanfaat bagi masyarakat.
Adalah jembatan yang berada di jalan provinsi di wilayah Nias Barat, yaitu jembatan Garongo, Idano Bawogafasi, Ge’e dan Forua yang dihancurkan untuk kemudian dibangun jembatan lagi. Padahal kondisinya keempat jembatan itu masih bagus dan belum mengalami kerusakan. Akibatnya banyak pihak menuding proyek pembangunan jembatan baru itu dilakukan demi keuntungan kontraktor dan pihak-pihak tertentu.
“Kalau mau membangun, bukan seperti ini. Yang harusnya dibangun adalah jalan. Bukan jembatan yang masih layak pakai, dihancurkan lalu dibangun kembali,” ujar seorang warga yang tidak mau disebut namanya.
Kekesalan warga semakin terasa karena jembatan sementara yang dibangun kontraktor bagi pengguna jalan ternyata tidak layak pakai dan membahayakan pengguna jalan karena licin akibat pasir bercampur lumpur. “Jembatan darurat ini kondisinya benar-benar darurat,” sindir pengguna jalan.

Pantauan SuaraNusantara, Rabu (7/9/2016), di lokasi Jembatan Ge’e yang telah dihancurkan kontraktor, didapati jembatan darurat yang baru dibangun sudah tergenang banjir, karena posisinya lebih rendah dari jembatan lama. Akibatnya pengguna jalan tidak bisa lewat. Bahkan banyak kendaraan yang mogok karena nekad melewati jembatan darurat yang tergenang air ini. Kemacetan pun terjadi setelah ratusan kendaraan antri menunggu banjir surut.
Di sekitar lokasi terlihat kerumunan ASN yang hendak berangkat kerja ke Onolimbu. Juga terlihat beberapa siswa SMAN1 Lahomi yang hendak sekolah. “Saya terpaksa kemari karena Jembatan Lahomi juga sudah rusak. Ini satu-satunya jalan alternatif, tapi rupanya sudah dihancurkan juga,” ujar seorang siswa.
Sementara itu di papan pengumuan tertulis keterangan bahwa pengerjaan jembatan adalah selama 150 hari atau sekitar 5 bulan. Tentunya pemerintah daerah dan kontraktor harus memikirkan solusi lain guna mengatasi persoalan ini. (Eze)