
Brian Laso Saro Harefa mengenal saxophone sejak usia 16 tahun. Sejak itu dia ‘jatuh cinta’ pada alat musik yang dianggapnya sexy itu. “Saya jatuh cinta karena suaranya enak didengar dan sexy,” katanya.
Kepada Suara Nusantara yang menemuinya beberapa waktu silam, Brian mengaku awalnya tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang saxophonist profesional, namun suatu hari jalan hidupnya berubah ketika dia ditawari manggung di sebuah mall di Medan.
“Saat itu saya masih kuliah semester pertama di jurusan Etnomusikologi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Setelah perform di mall itu, saya langsung fokus mengejar karir profesional sebagai saxophonist,” kenangnya.
Setelah penampilan perdananya itu, karir Brian mulai merambat naik. Dia kerap tampil di acara-acara pernikahan dan event perusahaan yang diadakan di berbagai hotel mewah di Kota Medan, seperti JW Marriot, Aston, Regale, dan Santika. Dari situ, orang semakin mengenal namanya.
Brian juga sering perform di berbagai pagelaran musik jazz, seperti Java Jazz di Jakarta (2013-2014), North Sumatra Jazz Festival (2011-2016), Melaka Drum Festival at Malaysia, IMT-GT at Thailand, World youth music Festival at Penang, dan Asian Youth Jazz Festival di Singapura. “Saya juga perform di berbagai stasiun TV, seperti NET TV, TVRI dan DAAI TV,” tuturnya.

Lagu-lagu manis yang dipopulerkan Kenny G dan Dave Koz paling sering dia bawakan, meski terkadang lagu-lagu jazz milik Chick Corea, Mexxo Forte, Casiopea, dan sebagainya juga dia mainkan.
Tak puas hanya bermain di atas panggung, Brian kemudian membuat dua album lewat jalur indie label. Pertama, album jazz bertajuk ‘The Explorer’ pada tahun 2012 bersama B.D.G. Kedua, album bertajuk ‘On’ yang digarapnya bersama Dwiky Syahputra (bassis 5 Romeo) dan Goppaz (ex drummer Joshua di lagu ‘diobok-obok’), dan Stand Up Triody pada tahun 2013.
Setahun kemudian, di tahun 2014, Brian menggandeng Erucakra Mahameru (CEO Harian Waspada) dan Cman untuk membuat album berjudul Under Light Sun, di bawah label NEV, yang direkam di Norway.
Brian mengaku senang karena lewat musik, dia bisa membuat orang lain tersenyum dan bahagia. Apalagi penghasilan sebagai saxophonist terbilang lumayan besar, antara Rp. 10 juta – Rp 15 juta per bulan, tergantung banyaknya tawaran manggung. Kedua hal ini membuat dia ‘menunda’ kemungkinan untuk mencoba profesi lain.
Tampaknya sulung dari dua bersaudara, putra pasangan Manotona Harefa dan Darnis Ndruru ini memang ‘tak bisa ke lain hati’ lagi. Hidup dari musik seperti sudah digariskan untuknya. “Papa saya pemain keyboard, sedangkan mama bisa nyanyi dan main drum. Jadi bakat saya menurun dari kedua orangtua,” katanya.
Tak heran bila sejak usia 4 tahun, Brian yang lahir di Gunungsitoli pada 20 Januari 1991 ini sudah belajar main keyboard pada mamanya. Lalu sewaktu study di Sekolah Menengah Musik Medan (sekarang SMK 11 Medan) dia mencoba klarinet dan saxophone. Saat ini, hampir semua alat musik combo (band) bisa dia mainkan dengan baik.
Untuk anak-anak Muda Nias yang ingin mengikuti jejaknya, Brian pun tak pelit berbagi ilmu. Pemula disarankannya untuk belajar di lembaga kursus musik atau privat pada saxophonist senior. Tetapi harga saxophone yang cukup mahal bukan mustahil akan menjadi kendala. “Yang berkualitas harganya sekitar 30-40 jutaan, seperti merk Selmer Mark VI.
Itu sebabnya, bagi pemula Brian menganjurkan untuk menggunakan saxophone second, tapi jangan yang made in China, karena kualitasnya tidak begitu bagus dan bisa berpengaruh pada tone (nada) yang dikeluarkan. Untuk saxophone second, ujar Brian, harganya mulai dari kisaran 5 jutaan.
“Yang penting supaya awet jangan sampai jatuh atau terbanting, lalu sering-sering dilap dengan minyak kayu putih. Sekali dalam setahun, kalau bisa saxophonenya dioverhaul atau dire-pad,” katanya.
Brian sendiri punya beberapa saxophone. Merknya Selmer Bundly, Hermes, Jupiter, Conn, dan P Mauriat. Harganya dari lima jutaan hingga dua puluhan juta. Namun saxophone favoritnya adalah Yamaha Yas 475 yang dibelinya pada tahun 2008, sewaktu masih SMA, dengan harga Rp. 18 juta.
Terlepas dari soal harga dan kualitas saxophone yang digunakan, Brian menegaskan kunci keberhasilan seorang saxophonist pada akhirnya akan ditentukan dari bakat dan semangatnya sendiri. “Terus tekun berlatih dan jangan cepat puas dengan apa yang didapat, karena proses tidak akan mengkhianati hasil,” katanya. (Eka Fajar)
Brian Laso Saro Harefa
Email: brianlasosaroharefa@gmail.com
FB: Brian Laso Harefa
Twitter: @Harlaso
Instagram: @Brianharefa