
Jakarta – SuaraNusantara
Sebuah kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Nias, Ni’owuru baru saja dinobatkan oleh Pemerintah RI melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda (WTBT) Sumatera Utara 2016. Tiga lainnya dari provinsi yang sama adalah Sipaha Lima Ugamo Malim (Toba), Erpangkir Ku Lau (Karo), dan Dayok Binatur (Simalungun).
Sertifikat Karya Budaya untuk keempat warisan budaya asli Sumatera Utara itu diterima di Jakarta oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Kamis (27/10/2016).
Sipaha Lima adalah Perayaan syukur bumi dan panen yang masih dilaksanakan Komunitas Parmalim yang berpusat di Hutatinggi, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir.
Sementara Erpangir Ku Lau adalah salah satu ritus di dalam suku Karo. Erpangir berasal dari kata pangir, yang berarti mandi atau langir sehingga Erpangir artinya mandi dan berlangir.
Erpangir Ku Lau adalah lanjutan dari ritus maba anak ku lau (membawa anak turun mandi) dan juma tiga (upacara memperkenalkan anak kepada dasar pekerjaan tradisional Karo, yakni bertani).
Sementara, Dayok Binatur adalah makanan adat Batak Simalungun yang merupakan daging ayam masak yang diatur dalam piring lebar sesuai dengan bentuk ayam hidup (Dayok atur manggoluh).
Lalu Ni’owuru adalah metode pengawetan makanan berbahan dasar daging (biasanya daging babi) dengan cara pengasinan atau diberi garam dalam jumlah banyak. Daging yang telah di treatment dengan metode Ni’owuru memiliki tekstur yang sedikit keras dan agak kering.
Rasanya sangat asin, tetapi aroma daging yang khas masih terasa. Metode pengawetan Ni’owuru sudah sangat melekat dalam kehidupan masyarakat Nias, khususnya di Nias Barat dan Nias Utara. Selain karena cara pembuatannya relatif mudah, rasanya juga nikmat dan praktis dihidangkan sewaktu-waktu ketika tamu tak terduga datang berkunjung.
Metode pengawetan Ni’owuru dahulu acap digunakan pada daging yang berlebih. Daging yang tidak habis dimasak dalam acara-acara besar tentu akan mubazir jika dibuang, sehingga pengawetan ini menjadi alternatif terbaik. Posisi daging Ni’owuru dalam masyarakat Nias adalah sebagai makanan adat, sekaligus makanan sehari-hari. Daging Ni’owuru juga merupakan makanan ikonik, hanya ada di Nias dan merupakan resep yang sudah diturunkan dari generasi ke generasi.
Selain empat sertifikat dari Sumut, Mendikbud Muhadjir Effendy juga menyerahkan 146 karya budaya dari 33 provinsi sebagai WBTB Indonesia 2016. Total ada 474 karya budaya yang ditetapkan menjadi WBTB Indonesia. Masing-masing ada sebanyak 77 yang ditetapkan pada 2013, sejumlah 96 WBTB pada 2014 serta 121 WBTB pada 2015.
Karya budaya yang menjadi WBTB Indonesia berarti telah diverifikasi, diuji, dan dikaji keberadaannya. “Sumut bangga budaya daerah itu masuk dalam WBTB dan berupaya mempertahankan sebagai warisan budaya yang menunjukkan kekayaan budaya Sumut,” kata Ketua Dekranasda Sumut, Evi Diana Erry Nuradi di Medan, Sabtu (29/10/2016). (Fajar/dari berbagai sumber)