Foto-foto: net
Jakarta-SuaraNusantara
Perusahaan riset Isentia melakukan pemantauan terhadap fenomena ‘om telolet om’ yang mulai populer sejak 19 Desember dan ramai diperbincangkan di semua kanal media sosial hingga 23 Desember. Namun, titik klimaks perbincangan om telolet om terjadi pada 21 Desember, dan saat ini cenderung menurun.
“Netizen lokal membicarakan om telolet om di ragam media sosial mencapai titik tertinggi pada 21 Desember. Netizen mancanegara juga kecanduan, khususnya dari Amerika dan Inggris dengan pergerakan sampai ribuan per hari,” kata General Country Manager Isentia Jakarta, Luciana Budiman, di Jakarta, beberapa saat lalu.
Secara umum, total pembicaraan om telolet om mencapai 176.984 buzz selama lima hari di Indonesia. Sedangkan di Inggris dan Amerika secara berturut-turut mencapai 1.968 dan 5.766 buzz.
Meski dinilai hanya menjadi tren sesaat, om telolet om mendapat sambutan dari berbagai kalangan, termasuk Presiden Joko Widodo. “Sebuah kesenangan, sebuah kebahagiaan dari rakyat untuk memperoleh sebuah hiburan atau sebuah hobi, saya kira sangat bagus sekali,” katanya seusai menghadiri acara Deklarasi Pemagangan Nasional menuju Indonesia Kompeten, di Kawasan Karawang International Industry City (KIIC), Karawang, kemarin.
‘Telolet’ merupakan suara klakson bis besar antar kota yang jika dibunyikan keluar suara ‘telolet’. Suara klakson ini bisa membuat girang anak-anak yang menunggu lewatnya bis tersebut di beberapa ruas jalan di Jawa dan meneriakkan pada supirnya yang disapa dengan sebutan ‘om’ “Om Telolet Om”.. para penggemar bis yang suka memotret bis di pinggiran jalan juga tak jarang dihadiahi suara klakson raksasa ini.
Video anak-anak yang berteriak “om telolet om” kepada supir bus untuk membunyikan klaksonnya ini kemudian diunggah di media sosial, dan menjadi viral di kalangan netizen Indonesia. Belakangan beberapa netizen asal Indonesia mengkomentari berbagai postingan tokoh-tokoh dunia dengan kalimat tersebut, sehingga ‘om telolet om’ pun menyebar ke manca negara.
Image caption William Sami Etienne Grigahcine, dikenal sebagai DJ Snake, adalah produser dan DJ Prancis. Image caption DJ terkenal Belanda, Martin Garrix. Image caption Anton Zaslavski, atau Zedd musisi dan DJ di Jerman.
Hingga berita ini ditulis, ‘om telolet om’ sudah disebut 445.000 kali di Twitter (menjadi salah satu topik populer dunia) dan juga disinggung lebih dari 80.000 kali di Facebook.
“Fenomena Om telolet Om membuat saya gembira karena ternyata masih banyak orang asik di dunia ini. Seneng ya seneng aja gituuuu…..,” cuit fotografer @arbainrambey.
“Indonesia giving the world the best meme to close 2016 in the best possible way. OM TELOLET OM,” kata yang lain. (red- Indonesia memberikan meme terbaik untuk menutup tahun 2016 dengan cara yang paling keren. OM TELOLET OM!)
Lainnya memberi peringatan serius. “Jangan sampai om telolet om diklaim oleh negara tetangga maka dari itu om tolong om @jokowi jadikan tanggal 21/12 sebagai libur hari telolet nasional.”
Demam ‘Om Telolet Om’ juga melanda klub-klub sepakbola dunia. Tottenham Hotspur contohnya. Mereka mengubah suara latar ketika para pemain tiba di markas klub dengan teriakan anak-anak meminta sopir bus mengklakson. Permintaan itu pun langsung dipenuhi.
Video bernuansa “Om telolet Om” juga dibuat oleh tim media sosial Bayern Muenchen. Berbeda dengan Tottenham, Bayern hanya menambahkan tulisan “Om telolet Om” saat berkicau dengan mengunggah bus latihan mereka meninggalkan markas klub.
Demikian pula dengan Liverpool FC. Salah satu akun global klub berjulukan The Reds tersebut, LFC Indonesia, mengunggah video Divock Origi dan Daniel Sturridge saat ditantang untuk mengendarai bus dan menambah frasa “Om telolet Om” dalam kicauan tersebut.
Dua klub lainnya, Inter Milan dan Manchester City, tidak menggunakan medium video untuk memanfaatkan fenomena tersebut dan hanya menggunakan gambar yang menyertakan foto bus klub. Sebelum itu, Real Madrid juga mengunggah status di Facebook dengan menulis “Om telolet Om”.
Tapi bagaimana telolet ini bermula? Siapa yang bertanggung jawab atas kegaduhan ini?
Zaenal Arifin dari Bismania Community mengatakan bahwa bunyi klakson telolet sudah mulai terdengar satu dekade lalu. Klakson itu tidak spesifik dimiliki oleh jenis bus tertentu, melainkan hasil modifikasi yang dilakukan perusahan otobus (PO).
“Awalnya tiga corong, kemudian ada yang empat corong (lubang suara angin), bahkan ada yang enam lubang yang kemudian bunyinya dimodifikasi sesuai kreativitas,” katanya. “Konsepnya seperti nada dering monophonic ponsel, lagu-lagunya ondel-ondel, lagunya ‘Jablay’ Titi Kamal.”
Dia mengklaim bahwa kebiasaan meminta klakson itu dimulai dari kebiasaan para penggemar bus yang sering memotret bus. “Sebagai balasan, supir bis biasanya kasih dim atau kasih klakson.”
“Adalah perusahaan bus antar kota PO Efisiensi yang pertama mempopulerkan klakson telolet tersebut,” kata Zaenal.
Manajer Komersil PO Efisiensi Syukron Wahyudi menceritakan bahwa sekitar 10 tahun lalu pemiliknya, Teuku Eri Rubiansah, pergi ke Arab Saudi dan mendengar bunyi klakson yang unik.
“Mendengar suara klakson di sana berbeda, dia memutuskan membeli untuk bisnya. Khususnya di bus reguler dari Cilacap Jogja, Purwokerto – Jogja, dan Purbalingga – Jogja.”
Tapi awalnya klakson ini ternyata malah direspons negatif karena suaranya yang dinilai terlalu keras. Sampai-sampai, pihak PO meminta sopir-sopir mereka tidak membunyikan klakson itu di tempat-tempat tertentu karena masyarakat tidak terima dengan bunyi itu, cerita Syukron.
“Mulai disukai tiga empat tahun terakhir karena mulai banyak PO-PO yang juga menggunakan. Di beberapa daerah tertentu malah orang-orang minta klaksonnya dibunyikan. Kita merasa bangga juga, karena bisa dibilang kita yang pertama yang pakai klakson tiga corong.” (eka/dari berbagai sumber)