
Jakarta-SuaraNusantara
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, ada 2.342 bencana terjadi sepanjang 2016.Bahkan bencana tahun ini merupakan yang tertinggi sejak kurun waktu 14 tahun terakhir.
“Kejadian bencana meningkat 35 persen dibandingkan tahun 2015,” ujar Sutopo, dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (30/12/2016).
Sutopo menekankan pentingnya pengetahuan masyarakat mengenai bencana. Menurutnya, budaya sadar bencana di masyarakat masih rendah. Masyarakat masih sering mengabaikan aspek risiko bencana dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya masih sangat minim kontruksi rumah tahan gempa yang dibangun.
“Gempa 6,5 di Pidie Jaya termasuk gempa menengah. Tapi korbannya 103 jiwa meninggal, ratusan luka, lebih dari 11 ribu rumah rusak dan kerugian ekonomi mencapai Rp 2,94 triliun. Bandingkan dengan gempa 7,8 di New Zealand yang hanya menimbulkan korban 2 jiwa meninggal, karena bangunan di sana tahan gempa,” katanya.

Sutopo mengatakan bahwa bencana secara langsung telah menurunkan kualitas hidup masyarakat. Pada tahun ini, berbagai bencana menyebabkan sekitar 3,05 juta warga mengungsi dan 69.287 rumah rusak. Dari jumlah kejadian bencana, 92 persen didominasi bencana hidrometeorologi pada tahun ini, seperti banjir, longsor, dan puting beliung.
“Bencana dapat memicu peningkatan angka kemiskinan. Sebagian besar bencana menimpa masyarakat yang miskin. Bencana melanda daerah-daerah rawan bencana yang menyebabkan keluarga miskin meningkat karena gagal panen, kehilangan aset produksi dan terganggunya kehidupan sehari-hari.”
“Beberapa penelitian di daerah langganan bencana, menunjukkan bahwa keluarga miskin yang terkena bencana, kehidupannya lebih sengsara pascabencana. Dapat dibayangkan apa yang dialami masyarakat di sekitar Sungai Bengawan Solo yang rata-rata 5 kali banjir setiap tahun, di Sampang 15 kali setiap tahun.”
Sutopo mengingatkan masyarakat bahwa potensi bencana di tahun depan patut diwaspadai sejak sekarang. “Juni hingga Oktober perlu diwaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan. Waspada pula di sepanjang tahun terhadap potensi gempa bumi, tsunami dan erupsi gunungapi,” katanya.
Terkait dengan kebakaran hutan dan lahan (karhulta), tahun depan diprediksikan sebaran berpotensi terjadi di wilayah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan beberapa titik di Kalimantan. (Fajar)