
Jakarta-SuaraNusantara
Tahun 2017 ekonomi Indonesia diprediksi akan mulai mengalami peningkatan walaupun perlahan (rebound). Hal tersebut merupakan imbas dari suksesnya program Tax Amnesty serta fokus pemerintah dalam regulasi ekonomi dan pembangunan infrastruktur.
“Untuk tahun 2017, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan di level 5,3%, dengan inflasi akan menyentuh level 4% di akhir tahun, suku bunga (BI 7-Day Repo Rate di 4,75%) dan kurs Rp/USD di 13.300,” ujar Direktur Group Resiko Perekonomian dan Sistem Keuangan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) Moch. Doddy Ariefianto, dalam diskusi forum Kafe BCA serial keempat dengan tema “Economic Outlook 2017” yang digelar PT Bank Central Asia Tbk (BCA) di Menara BCA, Jakarta, kemarin.
Dari sektor perbankan, diprediksi selama 2017, risiko likuiditas dan risiko pengelolaan kredit tetap berpengaruh pada sehat tidaknya kinerja perbankan. Jika kedua hal itu bermasalah, maka akan membuat kinerja suatu bank menurun drastis. “Kalau (hanya masalah) kredit macet, (kinerja bank) masih bisa stabil,” katanya.
Untuk memperkuat fondasi perekonomian domestik, lanjut Dody, Indonesia juga harus fokus membenahi industri nasional, sehingga ketergantungan pada asing semakin berkurang. Sejauh ini, langkah pemerintah sudah berada dalam jalur yang benar dalam usaha memperkuat fondasi perekonomian.
Sementara itu, Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Anggawira mengatakan, di tahun depan diharapkan Indonesia tidak hanya bergantung dari penerimaan ekspor barang komoditas, namun juga penerimaan dari ekspor barang olahan. “Kami mendorong anak muda untuk melirik bisnis di sektor maritim dan argo industri,” ujarnya.
Selain itu, kata Anggawira, sektor pariwisata juga bisa dilirik pada tahun depan karena pemerintah saat ini gencar mendorong jumlah wisatawan yang ditargetkan bisa mencapai 20 juta orang di 2019.
“Industri ini dinilai akan terus bergerak tiap tahun dengan menghadirkan peluang yang menjanjikan,” ujarnya. (rio)