
Jakarta-SuaraNusantara
Kebakaran melanda perumahan wargadi RT 02 RW 04 Jalan Jembatan Senti, Kelurahan Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat, yang terjadi pada Kamis malam (5/1/2017) silam. Dalam musibah itu, sebanyak 90 rumah hangus terbakar.
Namun di tengah musibah, ada terbersit sebuah kisah toleransi antar umat beragama yang bisa menjadi teladan bagi seluruh masyarakat.
Tercatat ada 500 warga dari total 700 jiwa yang mengungsi di halaman Gereja Sion, Pinangsia, Jalan Pangeran Jayakarta, Tamansari, Jakarta Barat. Mayoritas dari korban musibah beragama Islam. Menariknya, sebagian besar umat muslim yang mengungsi di gereja tersebut tidak ragu untuk menunaikan sholat di dalam gereja.
Kapolsek Metro Tamansari, AKBP Nasriadi menuturkan, awalnya ada seorang ustad bernama Sultoni yang juga korban kebakaran, mendatangi Posko Polsek Metro Tamansari di tempat pengungsian di halaman Gereja Sion. Ia menyampaikan keinginan agar warga korban kebakaran yang beragama Islam bisa menggunakan ruangan di gereja sebagai tempat untuk salat.
“Mendengar usulan tersebut, lalu saya koordinasikan dengan pengurus gereja,” ujar Nasriadi di posko pengungsian, Jumat (6/1/2017) malam.
Nasriadi pun mengungkapkan, pengurus Gereja Sion melalui Pendeta Yusak memperbolehkan satu ruangan gereja untuk dipakai sebagai tempat salat.
“Akhirnya ruang kelas sekolah perguruan Kristen Sion disetujui oleh pengurus gereja untuk dijadikan sebagai mushala bagi warga korban kebakaran,” jelas Nasriadi.
Polsek Metro Tamansari pun menyediakan alat-alat ibadah seperti sajadah, mukena dan karpet.Kegiatan salat magrib berjamaah yang dilaksanakan di ruang kelas sekolah perguruan Kristen Sion diikuti sekitar 50 orang warga korban kebakaran dan berlangsung khusyuk.
“Terima kasih pengurus Gereja Sion telah membolehkan warga korban kebakaran untuk memakai ruang kelas sebagai mushala tempat salat. Semoga kita semua saling menghargai dan menghormati antar umat beragama,” ucap Nasriadi. (rm/red)