
Kota Serang-SuaraNusantara
Pangdam III Siliwangi Mayjen M Herindra menilai tindakan Dandim Lebak Letkol Czi Ubaidillah yang melatih anggota ormas FPI dalam pelatihan bela negara menyalahi prosedur dan tidak boleh terjadi lagi di masa mendatang.
“Dia (Dandim Lebak) tidak izin saya. Saya katakan ini pelanggaran serius. Maka saya ambil keputusan, saya copot jabatannya dan besok ada pejabat baru,” kata Herindra kepada wartawan usai serah terima jabatan Komandan Korem 064/Maulana Yusuf dari Kolonel Inf Wirana Prasetya Budi ke Kolonel Czi Ito Hediarto di Alun-Alun Barat, Kota Serang, Senin (9/1/2017).
Herindra menjelaskan, pihaknya sudah mengkroscek ke berbagai pihak. Kodim Lebak, khususnya Koramil Cipanas, memang menggelar Pelatihan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) untuk anggota FPI di Lebak, Banten, beberapa waktu lalu. Berdasarkan klarifikasi, kegiatan itu tidak sesuai Standart Operational Procedure (SOP).
“Seharusnya untuk kepelatihan bela negara harus melalui izin mulai dari Dandim ke Danrem, Danrem nanti izin ke saya. Dan saya akan menentukan ya atau tidaknya,” tegas jenderal TNI kelahiran Blitar, Jawa Timur ini.
Latihan bela negara digelar Kodim Lebak untuk anggota Front Pembela Islam (FPI) Banten. Foto-foto latihan ketahanan dan ketangkasan sempat diunggah akun Instragram Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam (DPP FPI) melalui akun dpp_fpi. Akibat menggelar pelatihan yang dinilai melanggar prosedur ini, Letkol Czi Ubaidillah kemudian dicopot dari jabatannya.
Posisi Letkol Czi Ubaidillah akan diisi perwira TNI lain, Selasa (10/1/2017) besok. “Letkol Syafa,” kata Herindra soal sosok yang akan mengisi jabatan Dandim Lebak.
Letkol Czi Ubaidillah, kata Herindra, selanjutnya ditarik ke Kodam Siliwangi. “Nanti akan dievaluasi dan akan ditarik ke Kodam untuk diberikan arahan agar tidak mengulangi kesalahannya lagi,” ujar Herindra.
Meski TNI sudah memberi tindakan tegas pada Letkol Czi Ubaidillah, tak urung hal ini sempat mengundang respon negatif dari banyak kalangan.
Ketua Setara Institute Hendardi, di Jakarta, Minggu (8/1/2017) kemarin mengatakan, tindakan TNI memberikan program latihan tersebut menunjukan standar ganda TNI yang kerap menyuarakan NKRI. Secara politik dan etis tindakan TNI justru berpotensi menimbulkan kontroversi baru.
“Pendidikan bela negara tanpa konsep dan pendekatan yang jelas hanya akan melahirkan milisi sipil yang merasa naik kelas karena dekat dengan TNI. Kita masih ingat ketika Ketua Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Fuad diusir dari kawasan konsesi hutan milik PT RAPP, Riau, pada September 2016. Alumni Bela Negara dengan pongah justru menjadi centeng perusahaan dan menentang kinerja aparatur negara, dengan mengusir Nazir dari areal hutan,” beber Hendardi.
Hendardi meyakini program bela negara dari TNI kepada FPI dilakukan tanpa sepengetahuan Presiden Jokowi. Dirinya meminta Presiden tidak ragu untuk menertibkan TNI yang menunjukkan kepribadian ganda terhadap kelompok intoleran.
Sebelumnya, Kepala Penerangan Kodam III Siliwangi Kolonel Desi Ariyanto mengakui pihaknya pada 5 hingga 6 Januari 2017 menggelar pelatihan bela negara di salah satu pesantren di Lebak, Banten. Menurut Desi, total peserta dalam pelatihan tersebut berjumlah sekitar 120 orang santri. “Kebetulan pesertanya ada yang dari FPI (Front Pembela Islam),” katanya, Sabtu ( 7 /1/2017).
Menurut Desi, pihaknya memang secara rutin menggelar pelatihan bela negara. Namun pelatihan itu tidak secara khusus diberikan kepada kelompok tertentu.
Ia pun mengklarifikasi pemberitaan yang beredar bahwa pihaknya telah melatih sejumlah anggota FPI dengan latihan militer yang berlokasi di Lebak, Banten tersebut. “Seluruh kegiatan latihan tersebut bukanlah latihan militer tetapi latihan bela negara,” kata dia. (rio/arman/fajar)