
Sejak dibuka oleh Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Hamonangan Laoly, di Lapangan Orurusa Telukdalam, Nias Selatan, Sabtu (17/9/2016), Pesta Ya’ahowu Ono Niha telah disaksikan ribuan warga dan wisatawan. Diperkirakan lebih dari 10.000 ribu orang hadir di sana.
Beberapa hari sebelum pembukaan, Kamis (11/9/2016), panitia lokal juga mengelar lomba Hombo Batu (Lompat Batu) di Lapangan Orurusa. 94 peserta mengikuti lomba ini. April Hia dari Desa Bawomataluo dan Marlinus Fau dari Desa Orahili Fau keluar sebagai Juara I dengan tinggi lompatan 2.45 meter. Di posisi kedua Arlinus Manao dan Iman Bu’ulolo dari Desa Bawomataluo (2,40 meter) dan Kornelius Dakhi dari Desa Hilisimaetano (2,40 meter). Sementara di posisi tiga ada empat orang menjadi juaranya, yakni Albert Fau dan Dedi Duha dari Desa Hilisataro (2,35 meter) dan Jufli Nehe dan Pasti Wehalo dari Desa Hilimondregeraya (2,35 meter).
Kegiatan lain yang juga digelar sebelum pembukaan Pesta Ya’ahowu adalah Ya’ahowu Open Surfing Championship 2016 di Pantai Sorake dari 15 s/d 17 September 2016. Sebanyak 61 peserta dari dalam maupun luar negeri mengikuti kompetisi selancar air bertaraf internasional ini, antara lain dari Venezuela, Chili, Finlandia, Amerika Serikat, Jepang, dan Australia. Sementara peserta lokal datang dari Kabupaten Nias Selatan dan Kabupaten Nias.
Juri yang berasal dari Asosiasi Peselancar Nias Selatan kemudian menetapkan tiga pemenang, masing-masing Justin Bu’ulölö (Juara I), Rahel Wau (Juara II) dan Alex Bu’ulölö (Juara III). Pengumuman dan pemberian hadiah kepada pemenang dilakukan di Pantai Sorake, Sabtu (17/9/2016).
Menteri Hukum dan HAM RI Yasonna H. Laoly yang sangat mendukung terselenggaranya Pesta Ya’ahowu 2016 memberikan piagam kepada para pemenang. Tampak pula hadir saat pemberian hadiah, Duta Besar Republik Seychelles untuk Indonesia Nico Barito, Ketua DPP HIMNI Marinus Gea, serta unsur pimpinan kepala daerah se-Kepulauan Nias.
Rangkaian Pesta Ya’ahowu terus berlanjut dengan berbagai kegiatan budaya dan olah raga. Pertandingan voli pantai digelar di Kabupaten Nias Utara dari 2 Oktober s/d 20 November 2016. Hasilnya, Juara I kategori Putra diraih Kabupaten Nias “B” dan Juara II diraih Kabupaten Nias Utara “C”.
“Sedangkan Juara I kategori Putri diraih Klub Pasir Putih dari Kabupaten Nias Utara dan Juara II Klub Kanira VC Nias Utara,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Nias Utara, Toloni Waruwu, saat penutupan lomba di Pantai Indah Fofola, Kecamatan Tuhemberua, Kabupaten Nias Utara, Minggu (20/11/2016).
Lalu pemilihan Putri Pariwisata Kepulauan Nias Tahun 2016 diselenggarakan di Pantai Indah Sirombu, Kabupaten Nias Barat antara 28 s/d 29 Oktober 2016. Dari 14 peserta yang mengikuti ajang ini, Deslina Dakhi asal Kabupaten Nias Selatan, terpilih sebagai pemenang pertama dan berhak menyandang gelar sebagai Putri Pariwisata Kepulauan Nias 2016. Sementara Haryati Cahyani Telaumbanua dari Kota Gunungsitoli keluar sebagai pemenang kedua, dan pemenang ketiga diraih Pinta Deflytia Daeli dari Kabupaten Nias Barat. Sementara Arti Waruwu dari Nias Utara dan Delima Kristiani Buaya dari Kabupaten Nias, masing-masing terpilih sebagai pemenang keempat dan kelima.
Kemudian ada perlombaan Maena Kreasi Baru di Pantai Bozihona, Kecamatan Idanogawo, Kabupaten Nias, Rabu (23/11/2016). Dalam lomba ini, Kabupaten Nias meraih predikat Juara 1. Juara 2 disabet Kabupaten Nias Selatan, disusul Kabupaten Nias Utara sebagai Juara 3.
Pemenang lombaan Maena Kreasi Baru ditetapkan lewat penjurian yang dilakukan oleh Sorayana Zebua (Kota Gunungsitoli), Sofuziduhu Ndraha (Kabupaten Nias), Dasa Manao (Nias selatan), Daliwanolo Telaumbanua (Nias Utara), dan Tehenasokhi Gulo (Nias Barat).
Terakhir, penampilan 5.763 peserta tari Maena yang menari di bawah guyuran hujan deras di Lapangan Pelita, Jalan Pelita, Kelurahan Ilir, Kota Gunungsitoli, Sabtu (26/11/2016), diganjar penghargaan rekor penari terbanyak oleh MURI (Museum Rekor Indonesia). Ribuan penari tersebut hadir untuk menyemarakkan penutupan Pesta Ya’ahowu Ono Niha 2016.
Keberhasilan ini sangat membanggakan, karena untuk pertama kalinya Kepulauan Nias berhasil menorehkan rekor MURI. “Keberhasilan ini merupakan hal perdana bagi masyarakat kota Gunungsitoli dan Kepulauan Nias,” ujar Walikota Gunungsitoli, Lakhomizaro Zebua, Sabtu (26/11/2016).
Tidak ada pesta yang tidak berakhir. Pesta Ya’ahowu Ono Niha 2016 pun usai sudah. Berjuta kenangan manis menggelayuti benak siapapun yang terlibat di dalamnya, entah sebagai peserta, panitia, motor penggerak, atau bahkan penonton. Tapi Pesta Ya’ahowu meninggalkan beberapa kekurangan yang harus diperbaiki dalam penyelenggaraan even serupa di tahun-tahun mendatang.
Usai pembukaan pada hari pertama, pada dua hari berikutnya ternyata tidak ada kegiatan berarti. Acara yang ditampilkan hanya sebatas hiburan. Hal inilah yang sempat dikhawatirkan oleh Ketua Yayasan Tatuhini Nias Bangkit Esther Telaumbanua, bahwa Pesta Ya’ahowu bisa tergelincir menjadi pasar malam belaka. Kiranya akan lebih baik bila panitia fokus menampilkan budaya Nias untuk menarik minat wisatawan dari dalam dan luar negeri, dan menjadikan acara hiburan sebagai sampingan.
Pada pembukaan Pesta Ya’ahowu, ternyata tidak semua daerah di Kabupaten Nias Selatan sebagai tuan rumah ikut berkontribusi. Padahal banyak daerah di sana, seperti di Kepulauan Tello, Gomo, dan Lölöwa’u, punya atraksi budaya menarik.
Even kali ini juga masih kurang disosialisasikan. Meski panitia telah menginformasikan kegiatan ini melalui media massa, media sosial, media luar ruang seperti spanduk dan sebagainya, namun ternyata kurang menyentuh masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman. Di masa mendatang, perlu dipikirkan cara agar masyarakat di pedalaman dapat ikut menyaksikan acara ini.
Baru Setengah Perjalanan
Sejak 5 kepala dinas se-Kepulauan Nias menguatkan komitmen memajukan pariwisata Nias dalam pertemuan di Gedung Kementerian Pariwisata RI di Jakarta pada 1 Februari 2016, beberapa tahapan lain sudah dilalui, seperti penguatan komitmen 5 kepala daerah se-Kepulauan Nias yang diselenggarakan pada Jum’at, 6 Mei 2016 di Kabupaten Nias Selatan. Hasilnya, launching tagline “Pesona Nias Pulau Impian” yang penetapannya dilakukan bersama Menteri Pariwisata Arief Yahya, pada 2-3 Juni 2016, di Gedung Sapta Pesona, Kantor Kementerian Pariwisata, Jakarta.
Pertemuan demi pertemuan terus digelar dengan pemerintah pusat demi mendukung kebangkitan sektor pariwisata Nias. Di sini Himpunan Masyarakat Nias Indonesia (HIMNI) memainkan peranan penting dengan memfasilitasi pertemuan kepala daerah se-Kepulauan Nias dengan beberapa menteri, antara lain Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli (Kamis, 14 Juli 2016) dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (Kamis, 4 Agustus 2018).
Puncaknya tentu saja keberhasilan menggelar Pesta Ya’ahowu 2016 setelah sekian lama mati suri. Pesta Ya’ahowu memang bukan solusi dari beragam masalah kepariwisataan di Pulau Nias, tapi even ini setidaknya bisa jadi momentum kebangkitan pariwisata di sana.
Masih banyak faktor lain yang turut menentukan bangkit tidaknya pariwisata Nias, misalnya dukungan dana dari pemerintah pusat, kerja sama antar kepala daerah, dan kesiapan masyarakat dalam menerima kunjungan wisatawan. Pemerintah daerah juga harus pandai membangun destinasi wisata unggulan masing-masing, dan itu hanya mudah diucapkan, tetapi tidak mudah dilakukan.
“Sejauh ini hanya destinasi wisata di Nias Selatan yang relatif siap untuk ‘dijual’. Tapi jika obyek wisatanya itu-itu saja, lama-lama wisatawan akan bosan,” kata pengamat sosial Yusman Zendrato mengingatkan.
Selain kesiapan infrastruktur, dibutuhkan pula ketersediaan sumber daya manusia. Untuk itu, HIMNI mendorong pihak-pihak terkait untuk mendirikan sekolah menengah pariwisata, dan bila perlu akademi pariwisata. Sejauh ini, baru Pemerintah Kota Gunungsitoli yang membuka sekolah pariwisata, dengan cara meningkatkan status Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Gunungsitoli menjadi sekolah pariwisata.
Untuk mendukung proses belajar mengajar di sana, Wali Kota Ir. Lakhomizaro Zebua sudah meletakkan batu pertama pembangunan hotel mini dan ruang praktek siswa berbiaya Rp 1.250.000.000, di SMK Negeri 2 Gunungsitoli, Rabu (28/9/2016). Pembangunan jalan hotmix menuju sekolah tersebut juga dianggarkan dalam P-APBD tahun 2016 dengan nilai Rp 4 miliar.
“Untuk penataan halaman dalam sekolah, kita anggarkan Rp 200 juta,” terang Lakhomizaro Zebua.
Ya, Pesta Ya’ahowu boleh usai, tapi semangat memajukan pariwisata Nias kiranya tidak pernah padam. ***