Kepada wartawan yang menghadiri konperensi pers di ruang rapat lantai II Gedung III Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg), Jakarta, Rabu (5/7/2017) siang, Yudi Latief mengingatkan, bahwa eling lan waspodo itu, mindfulness itu penting karena yang membuat orang traumatik dengan Pancasila itu adalah pengalaman masa lalu, dimana Pancasila mengalami proses politisasi.
“Oleh karena itu, saya kira sejak awal, kita perlu kesadaran betul bahwa resikonya besar sekali kalau Pancasila jadi alat politik,” tegas Yudi.
Kepala UKP PIP itu punya semacam apresiasi, bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga punya kesepahaman akan itu. Karena dirinya tahu historynya, unit ini sudah digulirkan sejak akhir tahun lalu. Tapi semua yang terlibat punya kesepakatan, di masa-masa kampanye politik Jakarta, jangan diluncurkan unit-unit, karena kalau diluncurkan unit ini pada masa kampanye politik Jakarta, jelas sekali persepsi publik mengatakan ini alat politik.
“Dan Presiden ternyata setuju menunda, mendelay, jadi men-delay-nya sampai enam bulan karena ternyata kampanye politik ini berkelamaan, jadi delaynya lama. Jadi sejak awal kita sangat mengapresiasi Presiden,” tutur Yudi.
Penulis: Askur