SuaraNusantara.com – Massa aliansi buruh dan petani menggelar unjuk rasa di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, pada Sabtu (24/9). Massa akan menyuarakan sejumlah tuntutan.
Pantauan di lapangan, Sabtu (24/9/2022) massa memulai aksi dengan long march dari Balai Kota DKI Jakarta menuju Patung Kuda sekitar pukul 10.00 WIB. Mereka membawa atribut orang-orangan sawah hingga simbol hasil bumi.
Dalam tuntutannya, massa menolak kenaikan harga BBM jenis Pertalite dan Pertamax. Selain itu, massa meminta agar omnibus law dihapus. Sejumlah anggota kepolisian berjaga di sekitar lokasi massa. Arus lalu lintas di sekitar Patung Kuda sedikit tersendat imbas kedatangan massa.
“Agenda kita yaitu peringatan Hari Tani Nasional yang ke-62. Di mana Hari Tani Nasional ini ditetapkan melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 169 Tahun 1993 oleh Presiden Sukarno. Itulah tanggal berdirinya kemenangan kaum tani dan bangsa Indonesia untuk melakukan penataan ulang terhadap penguasaan kekayaan alam dan sumber-sumber agraria yang lainnya,” kata Sekretaris Umum Serikat Petani Indonesia Agus Ruli di Patung Kuda, Sabtu (24/9/2022).
Ruli mengatakan, selain menggelar aksi di Patung Kuda, Serikat Petani dan Buruh akan menggelar acara di gedung Gelanggang Remaja, Jakarta Timur. Acara itu dalam rangka pemberian penghargaan kepada tokoh dan pahlawan pejuang agraria.
“Selain aksi hari ini, kita juga akan bergerak ke gedung Gelanggang Remaja di Jakarta Timur untuk memberikan penghargaan terhadap tokoh dan pahlawan pejuang agraria, baik yang masih terus berjuang sampai saat ini maupun juga yang sudah meninggal. Kita akan beri penghargaan terhadap mereka sebagai pahlawan,” katanya.
Lebih lanjut, dalam aksi itu, Ruli mengatakan ada sejumlah tuntutan yang akan disampaikan. Pertama, menuntut untuk menjalankan reforma agraria dan kedaulatan pangan.
“Pemerintah sudah berjanji akan meredistribusi 9 juta hektare sesuai program prioritas yang akan dilaksanakan oleh pemerintah Jokowi-Ma’ruf Amin, tapi kenyataannya sampai saat ini masih sangat minim. Persoalan redistribusi, pelaksanaan reforma agraria, penyelesaian konflik masih sangat minim realisasi,” katanya.
“Bahkan kita banyak mengalami kriminalisasi. Kita mengalami penggusuran terhadap perjuangan-perjuangan petani yang menuntut haknya terhadap hak atas tanah,” sambungnya.
Selain itu, mereka menuntut pemerintah mencabut omnibus law. Dia menyebut UU Cipta Kerja juga menyengsarakan para petani.
“Begitu juga dalam kesempatan ini kita juga menolak UU Cipta Kerja. Karena di dalam UU Cipta Kerja, selain persoalan teman-teman buruh, teman-teman petani juga menjadi menjadi menderita karena inti dari UU omnibus law adalah penguasaan lahan untuk kepentingan pembangunan proyek-proyek infrastruktur atas nama proyek strategis atas nama proyek pembangunan nasional,” katanya.
Terakhir, massa aksi menuntut pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM). Menurutnya, harga BBM sangat mempengaruhi produksi pertanian petani di Indonesia.
“Yang ketiga kita menolak kenaikan harga BBM, karena ini jelas mempengaruhi harga produksi pertanian di petani. Pupuk mahal, traktor mahal, tanah tidak ada, jaminan harga pun tidak ada kepastian yang jelas. Sehingga ini akan menambah penderitaan dengan kebijakan kenaikan harga BBM,” tuturnya. (edw)
Discussion about this post