SuaraNusantara.com – Ketua MPR Bambang Soesatyo mengingatkan resesi dan stagflasi akibat badai PHK yang terjadi di tahun 2022. Setidaknya ada 60 ribu pekerja tekstil yang terkena PHK.
“Telaah faktor-faktor penyebab terjadinya PHK yang cukup banyak tersebut di tahun 2022, dan menelusuri penyebab penurunan pesanan atau order ke industri tekstil, dikarenakan hal tersebut dinilai sebagai faktor utama pemicu terjadinya PHK,” ujar pria yang akrab disapa Bamsoet dalam keterangan resmi kepada SuaraNusantara.com, Rabu (4/1/2022).
Bamsoet meminta pemerintah untuk memetakan sektor krusial yang terdampak dari pandemi maupun siklus ekonomi global. Tujuannya untuk dapat melakukan antisipasi badai PHK seperti yang terjadi pada tahun 2022.
“Agar dapat dilakukan upaya pencegahan terjadinya PHK massal di masa mendatang,” ujarnya
Bamsoet katakan terkait nasib mereka yang sudah di PHK. Pemerintah harus bertanggung jawab dengan memberikan jaminan perlindungan sosial.
“Khususnya yang hingga saat ini masih belum kembali mendapatkan pekerjaan,” lanjutnya.
Bamsoet mengatakan pemerintahan harus berikan solusi yang tepat bagi perusahaan dengan ekonomi terpuruk. Setidaknya memberikan solusi agar mereka tidak PHK karyawan.
“Berikan perlindungan dan jaminan bagi perusahaan agar bisa tetap bertahan, khususnya perusahaan-perusahaan yang memiliki banyak tenaga kerja, baik dengan meningkatkan kualitas dan mutu produksi juga strategi pemasaran hingga ke pasar internasional, sehingga kinerja ekspor dapat lebih ditingkatkan,” ujarnya.
Bamsoet hanya bisa mengingatkan kepada pemerintah ancaman resesi dan stagflasi di tahun 2023. Terlebih sejumlah akademisi dan pakar ekonomi telah memberikan masukan.
“Hati-hati terhadap potensi resesi dan stagflasi di tahun 2023, agar hal tersebut tidak sampai kembali menimbulkan PHK terhadap pekerja, buka lapangan pekerjaan atau mendampingi masyarakat untuk mulai melakukan usaha mandiri atau usaha mikro, kecil, dan menengah,” tutupnya. (edw)
Discussion about this post