Suaranusantara.com – PDI Perjuangan telah rampung merayakan hari ulang tahun (HUT) ke 50 pada tanggal 10 Januari lalu. Dalam acara tersebut, ketua umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri turut memberikan pidato dalam puncak acara HUT tersebut.
Beberapa poin isi dari pidato Megawati pun banyak dikutip khalayak luas dan muncul banyak tafsir serta pemberitaan yang negatif dari kutipan pidato Megawati tersebut.
Menanggapi beredarnya pemberitaan publik yang bernada negatif tentang isi pidato Megawati, salah satu kader PDI Perjuangan yang kini duduk dikursi DPR RI, Adian Napitupulu pun turut memberikan penjelasan terkait maksud dan arti sesungguhnya dari pidato Megawati.
Dalam pernyataan yang diedarkan melalui pesan elektonik, Adian Napitupulu membuka kalimat dengan menceritakan bahwa dirinya memiliki tanggal lahir 12 Januari atau persis satu hari sebelum ulang tahun PDI Perjuangan.
“Dan yang saya lakukan saat ulang tahun adalah melakukan evaluasi perjalanan hidup yang saya lalui, introspeksi terhadap pikiran dan tindakan, Mengkaji seberapa besar manfaat hidup saya bagi sesama manusia dan setelah itu duduk terpekur memikirkan rencana rencana kedepan agar sisa usia tidak lagi terbuang sia-sia.” kata Adian.
Atas hal tersebut, Adian menyebut bahwa hal yang sama juga dilakukan PDI Perjuangan. Yakni, melakukan evaluasi, instrospeksi dan kemudian merancang masa depan agar menjadi lebih baik dalam ide, dalam kerja, dalam konsolidasi untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik.
“Itulah yang saya pahami dari pidato ketua umum PDI Perjuangan, Ibu Megawati Soekarno Putri di Kemayoran beberapa hari lalu.” ungkap Adian.
Pidato itu, lanjut Adian, kemudian dianalisa oleh para politisi, pengamat dan media massa.
“Ada beragam komentar, ada yang datar, ada yang memuji dan seperti biasa, selalu saja ada tetangga sebelah yang nyinyir dengan komentar tendensius bahkan cenderung manipulatif.” papar Adian.
Adian menyebut, ada salah satu redaksi media yang memberikan judul yang terlalu tendensius perihal pidato Megawati yang membahas tentang peran PDI Perjuangan pada Joko Widodo (Jokowi).
“Ketika Ibu Megawati bicara tentang peran PDI Perjuangan pada Jokowi, maka kader bertepuk tangan, Jokowi senyum-senyum, namun diluar sana ada redaksi Media Indonesia yang menyatakan bahwa ibu Megawati pamer kuasa didepan Jokowi. judul yang terlalu tendensius, Apakah ada pihak yang merasa terganggu dengan gelak tawa kader dan senyum Jokowi dalam hangatnya acara ulang tahun PDI Perjuangan?” ujar Adian.
Menurut saya, lanjut Adian, tulisan Redaksi Media Indonesia itu sangat tendensius dan subjektif bahkan manipulatif.
“Karena yang di nyatakan Ibu Megawati dalam pernyataannya adalah : …. padahal Pak Jokowi kalau enggak ada PDI Perjuangan duh kasihan deh. Kalimat itu lalu di manipulasi menjadi judul berita Megawati Pamer Kuasa Di depan Jokowi. Padahal jelas dalam kalimat itu Megawati tidak menyebut dirinya (sendiri-red) tapi (menyebut-red) PDI Perjuangan.”imbuh Adian.
Adian menjelaskan bahwa dalam pidato tersebut, Megawati mengggunakan kata peran PDI Perjuangan, yang artinya adalah bahwa dalam kemenangan Jokowi terdapat peran dari banyak pihak, tidak hanya satu atau dua tokoh saja.
“Namun ada keringat deras dari struktur PDI Perjuangan hingga tingkat anak ranting. Ada keringat kader PDI Perjuangan dari yang berdasi hingga Kader PDI Perjuangan yang menjadi supir angkutan umum, petani, nelayan dan sebagainya.” jelas Adian.
Adian kemudian mempertanyakan pemilihan judul berita yang menurutnya tendensius tersebut mewakili kepentingan siapa.
“Apakah kepentingan dari tujuan ideal media massa yang menyajikan objektifitas tanpa kenyinyiran atau kepentingan agar laris manis atau mungkin mewakili kepentingan pemilik modal media itu yang konon ngebet mencalonkan Calon Presiden yang konon akan menjadi antitesa Jokowi atau mungkin terkait isu Resuffle, judul berkonotasi adu domba itu mungkin dianggap dapat mencegah ancaman Reshuffle.” ujar Adian.
Adian menyesalkan jika media yang mestinya menjadi pilar demokrasi, namun dalam prakteknya justru menjadi pilar ambisi dan media yang idealnya menjadi corong kebenaran dalam faktanya menjadi corong kepentingan.
“Tragis ketika Media tidak lagi menjadi alat membangun kecerdasan massa tapi murni menjadi alat propaganda berebut kuasa.”paparnya.
Adian pun coba memaparkan dugaannya atas perlakuan pihak yang melakukan manipulasi isi pesan pidato Megawati Soekarnoputri dalam puncak acara HUT PDI Perjuangan beberapa hari yang lalu.
“Saya paham, Setumpuk prestasi Ibu Megawati mungkin membuat banyak ego terganggu. Bagaimana tidak, dia seorang perempuan, namun memimpin partai terbesar dinegara dengan jumlah penduduk terbesar nomor 4 didunia, perempuan yang berkali beradu ide dengan para pemimpin partai lain tapi partai yang dipimpinnya tetap unggul di sekian banyak pemilu,” terang Adian
Adian pun mengungkapkan sepenggal kisah sepak terjang Megawati dalam perjuangan politik di Indonesia.
“Ia perempuan yang pernah mengalami kejam nya Orde Baru (Orba)disaat sebagian besar sesama tokoh lain justru bermesraan dengan Orba, dia Perempuan yang berkali berhadapan dengan kekerasan bahkan senjata dan mampu melewati semuanya dengan menang gemilang.” ungkap Adian.
Berdasarkan kisah yang istimewa tersebut, Adian percaya bahwa jika sekedar dari perkataan manusia tidak akan mampu menghilangkan peran sejarah Megawati Soekarnoputri bagi Indonesia.
“Terima kasih Ibu Megawati, Selamat ulang tahun PDI Perjuangan.” pungkasnya.(ADT)
Discussion about this post