SuaraNusantara.com – Ketua Umum Muslimat NU yang juga Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar
Parawansa mendorong agar program peningkatan literasi gizi melalui sosialisasi lebih masif
dengan jangkauan yang lebih luas.
Hal ini dilakukan agar upaya penurunan prevalensi
stunting sesuai yang ditarget pemerintah hingga 14% dapat tercapai.
Demikian harapan Khofifah saat menerima jajaran pengurus Yayasan Abhipraya Insan
Cendikia Indonesia (YAICI) di Kantor Penghubung Jatim, di kawasan Menteng Jakarta
Pusat, Rabu (18/1) malam.
“Program yang sudah dilaksanakan selama ini antara Pimpinan
Pusat Muslimat NU dan YAICI terus dilanjutkan ke seluruh Indonesia, terutama kewilayah
yang prevalensi stunting tinggi,” jelas Khofifah.
Khofifah juga menyambut baik rencana YAICI yang akan melakukan sosialisasi literasi gizi
melalui media-media digital seperti TV-TV yang ada di wilayah Jawa Timur. “Nanti bisa
gunakan beberapa chanel telivisi di Jawa Timur, saya akan komunikasikan media TV mana
saja yang akan digunakan,” terang Khofifah sambil menyebut beberapa nama televisi yang
eksis saat ini di Jatim.
Dalam pertemuan kali ini, YAICI juga menyampaikan laporan hasil edukasi gizi untuk kader
kesehatan dan masyarakat yang telah dilaksanakan sepanjang 2022 serta dampak positif dari
kegiatan tersebut, seperti partisipasi aktif dari kader Muslimat NU untuk meneruskan edukasi
hingga sejumlah perubahan kebiasaan makan anak menjadi lebih baik.
“Kerjasama YAICI dengan Muslimat NU sudah memasuki tahun kelima, banyak perubahan
positif terkait kebijakan pemerintah terutama peruntukan Susu Kental Manis (SKM) dalam
masyarakat yang selama ini banyak salah persepsi,” jelas Ketua Harian YAICI Arif Hidayat
dalam pertemuan tersebut.
Dijelaskan Arif, kerjasama YAICI – Muslimat NU sudah dilaksanakan dari tahun 2018
dengan berbagai program diantaranya sosialisasi, penelitian, edukasi dan advokasi terkait
gizi. Di akhir pertemuan YAICI juga menyerahkan buku hasil penelitian kolobarasi antara
YAICI – Muslimat NU dan Aisyiah.
Sebagaimana yang diketahui, pada tahun 2022 YAICI telah menerbitkan sebuah buku dengan
judul “Masa Depan Anak Indonesia Terganggu Susu Kental Manis”. Buku ini memuat hasil
penelitian tentang konsumsi kental manis di sejumlah daerah dan temuan-temuan lainnya.
Terkait persepsi masyarakat tentang kental manis misalnya, temuan di 5 provinsi di Indonesia
menunjukkan terdapat 28,96 persen masyarakat yang mengatakan bahwa kental manis adalah
susu pertumbuhan.
Bahkan, sebanyak 16,79 persen ibu memberikan kental manis untuk anak setiap hari.
Sementara, fakta menyebutkan kental manis tidaklah sama dengan susu dan tidak dapat
mendukung tumbuh kembang kesehatan anak.
Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa
kandungan gula kental manis yang sangat tinggi yaitu 51-56 persen dengan kandungan lemak
kental manis berkisar 43-48 persen. Artinya, produk kental manis ini dapat dikategorikan
sebagai bukan susu melainkan pemanis dengan perisa susu. (Ist-Tim Red)
Discussion about this post