Suaranusantara.com – Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Kota Depok memberikan penghargaan kepada aplikasi Saga Sehat yang mengembangkan inovasi teknologi guna menurunkan angka stunting.
“Penekanan angka stunting sangat penting untuk diperhatikan. Indonesia akan menjadi pusat perhatian dunia internasional apabila memanfaatkan bonus demografi pada tahun 2045 nanti,” kata Juru Bicara Saga Sehat, Dimas Harya dalam keterangannya, Selasa.
Saga Sehat adalah layanan aplikasi digital untuk memantau pertumbuhan kesehatan anak bayi dan balita yang dikembangkan oleh PT Sadamaya Graha Teknologi.
Saga Sehat memiliki misi untuk membantu target penurunan angka stunting di Indonesia dengan cara mendorong transformasi digital Posyandu melalui antropometri dan aplikasi. Inovasi teknologi ini diimplementasikan melalui kelengkapan alat antropometri seperti Bluetooth Smart Scale, Alat Ukur Tinggi Badan, Blutooth Baby Scale, Alat Ukur Pita Lila, dan Infantometer.
Dengan inovasi dari Saga Sehat, kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) bisa membuat laporan Kartu Menuju Sehat (KMS) digital dengan data yang tersimpan dismartphone. Hal ini sangat membantu orang tua balita jika kartu pencatatan hilang atau lupa terbawa saat kunjungan.
Untuk pelaporan, aplikasi Saga Sehat menyematkan fitur ekspor excel yang formatnya sama dengan aplikasi elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM) milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Dengan menggunakan fitur ini,proses pelaporan hanya membutuhkan waktu dalam hitungan detik saja.
”Aplikasi ini juga dapat memantau pertumbuhan dan melakukan pencatatan informasi kesehatan anak bayi dan balita secara mudah, sistematis, terstruktur, praktis, dan cepat melalui teknologi bluetooth,” terang Dimas.
Dimas juga menambahkan bahwa pada prosesnya, alat antropometri dan pengembangan aplikasi Saga Sehat memudahkan kader Posyandu sehingga diharapkan dapat memberikan solusi teknologi yang paling efektif untuk menekan angka stunting.
“Fakta yang kami temukan adalah proses penimbangan dan pencatatan yang dilakukan manual oleh kader Posyandu tidak mencapai akurasi yang diharapkan dan perolehan hasil dari pelaporan gizi memerlukan waktu yang tidak sebentar, bisa mencapai lebih dari satu bulan,” ujar Dimas.
Untuk diketahui, Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGI) pada Tahun 2021 menginformasikan bahwa Kota Depok memiliki angka stunting terendah di Jawa Barat yaitu sebesar 12,3%. Angka tersebut mengalami penurunan 3,79% dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 16,09%.(ADT)
Discussion about this post