SuaraNusantara.com – Disebut untungkan asing dalam program hilirisasi Pertambangan khususnya China, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kesal sebut hitung-hitungannya dimana.
Sebelumnya, Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Faisal Basri mengatakan bahwa pengembangan smelter menghasilkan nikel setengah jadi hanya menguntungkan industri China.
“Kalau hilirisasi sekedar dari bijih nikel jadi NPI atau jadi fero nikel. NPI dan fero nikel 99% diekspor ke China jadi hilirisasi Indonesia nyata-nyata mendukung industrialisasi di China itu dia, luar biasa,” ujar Faisal dalam diskusi Indef, dikutip Kamis, 10 Agustus 2023.
Merespon hal itu, Jokowi menyebut bahwa hilirisasi nikel sejadinya menguntungkan Indonesia.
Ia mempertanyakan hitung-hitungan yang mengatakan bahwa hilirisasi menguntungkan negara lain.
“Ngitungnya gimana? Kalau hitungan saya berikan contoh nikel, saat diekspor mentahan, bahan mentah setahun kira-kira hanya Rp 17 triliun, setelah masuk ke industrial downstreaming, ke hilirisasi menjadi Rp 510 triliun,” terang Presiden Jokowi di Stasiun LRT Dukuh Atas, Jakarta, Kamis, 10 Agustus 2023.
Dengan meningkatnya nilai ekspor nikel hasil hilirisasi, lanjut Presiden Jokowi, maka hasil pajaknya akan lebih besar ketimbang sebelum nikel dilakukan hilirisasi.
“Bayangkan saja kita negara itu hanya mengambil pajak, mengambil pajak dari Rp 17 triliun sama mengambil pajak dari Rp 510 triliun lebih gede mana? Karena dari situ, dari hilirisasi kita bisa mendapatkan PPN, PPH badan, PPH karyawan, PPH perusahaan, royalti bea ekspor, penerimaan negara bukan pajak semuanya ada di situ. coba dihitung saja dari Rp 17 triliun sama Rp 510 triliun gede mana?” terang Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi juga tak terima tatkala kontribusi hilirisasi ke Produk Domestic Bruto (PDB) Indonesia terus mengalami penurunan. Presiden Jokowi menyebutkan bahwa kontribusi terhadap PDB ekonomi pastinya lebih besar ketika nilai ekspor naik signifikan.(Alief)
Discussion about this post