Namun, selama empat dekade terakhir, telah ada beberapa kasus di mana Teheran memilih pragmatisme daripada idealisme, yang paling baru adalah konflik Gaza.
Hampir satu setengah bulan ke dalam perang, Teheran belum langsung masuk ke dalam konflik, juga sekutunya Lebanon, Hezbollah, belum memulai perang skala penuh dengan Israel.
Beberapa narasi media barat berpendapat bahwa Iran telah meninggalkan sekutunya di Palestina. Faktanya, tampaknya tujuan Teheran adalah membantu Hamas mengakhiri perang dan menyelamatkan dirinya sendiri.
Konflik Gaza menyajikan dua konsekuensi potensial bagi Teheran, yang rencananya adalah mengelola keduanya sambil mengambil kerusakan paling sedikit.
Yang pertama adalah risiko kehilangan Hamas sebagai sekutu Iran di Palestina. Yang kedua adalah risiko konflik regional yang lebih luas jika perang meluas ke luar Gaza.

Iran telah mendukung Hamas dan gerakan Islam lainnya selama bertahun-tahun, baik secara finansial maupun militer.
Dalam konflik Gaza ini, Iran tampaknya berusaha untuk memainkan peran yang lebih pasif, mungkin untuk menghindari eskalasi konflik menjadi perang regional yang lebih luas yang melibatkan negara-negara lain seperti Lebanon.
Meskipun demikian, Iran tetap memberikan dukungan politik dan moral kepada Hamas.
Namun, jika Hamas menderita kerugian besar atau bahkan dikalahkan dalam konflik ini, ini bisa berdampak negatif bagi Iran. Hamas adalah sekutu penting Iran di Palestina, dan kehilangan Hamas bisa melemahkan pengaruh Iran di wilayah tersebut.
Di sisi lain, jika konflik ini meluas dan menyeret negara-negara lain seperti Lebanon ke dalam perang, ini juga bisa berdampak negatif bagi Iran.
Iran telah berinvestasi banyak dalam mendukung Hezbollah di Lebanon, dan perang regional yang lebih luas bisa merusak Hezbollah dan melemahkan pengaruh Iran di Lebanon.
Oleh karena itu, tampaknya Iran berusaha untuk menavigasi konflik ini dengan hati-hati, memberikan dukungan kepada Hamas tetapi juga berusaha untuk mencegah konflik menjadi perang regional yang lebih luas.
Ini adalah contoh di mana Iran memilih pendekatan pragmatis daripada idealis dalam politik luar negerinya.
Discussion about this post