Jakarta-SuaraNusantara
Cacing Loa loa atau sering disebut sebagai cacing mata, awalnya ditemukan di Afrika dan sekarang telah mencapai Asia. Lalat bakau diyakini sebagai pembawa cacing ini. Lalat tersebut menyebar telur cacing ketika hinggap pada luka kecil yang ada di tubuh tubuh manusia.
Infeksi cacing ini hanya dapat ditularkan dari lalat ke manusia dan tidak dapat ditularkan dari manusia ke manusia.
“Kematian cacing di dalam tubuh bisa berakibat fatal karena dapat mencemari darah. penyakit ini dikenal sebagai microfilariasis atau Loa loa infestasi (Loiasis),“ kata Dr Ashley Mulamoottil, dokter di India yang pernah melakukan tujuh kali operasi penyakit ini dan pernah mengeluarkan cacing sepanjang 20 cm dari mata pasiennya, sebagaimana dilansir Boldsky, beberapa waktu lalu.
Cacing Loa loa awalnya ditemukan di Afrika dan sekarang telah mencapai Asia. Lalat bakau diyakini sebagai pembawa cacing ini. Lalat tersebut menyebar telur cacing melalui luka kecil pada tubuh manusia.
“Kematian cacing di dalam tubuh bisa berakibat fatal karena dapat mencemari darah. penyakit ini dikenal sebagai microfilariasis atau Loa loa infestasi (Loiasis),“ kata Dr Mulamoottil.
Pasien dapat melakukan kemoterapi atau melakukan pengangkatan cacing dengan operasi dari mata. Cacing ini berwarna kekuningan. Sayangnya, tidak ada vaksin untuk mencegah Loa loa filariasis. Namun jika cepat terdeteksi masih dapat disembuhkan.
Repotnya, sebagian besar penderita tidak mengalami gejala apapun, bahkan hingga beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terinfeksi. Cacing akan tinggal diam di dalam tubuh inangnya, tersembunyi di balik kulit selama bertahun-tahun sampai akhirnya menuju ke dalam lapisan-lapisan mata dan menyebabkan hilangnya penglihatan. Pada tahap ini, penderita juga akan merasakan gatal di sekujur tubuh.
Penulis: Yon K