
Jakarta-SuaraNusantara
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Adian Napitupulu membantah terlibat dalam unjuk rasa di depan rumah Susilo Bambang Yudhoyono, Senin, (6/2/2017) kemarin. Dia juga membantah telah memprovokasi mahasiswa agar berunjuk rasa ke kediaman Ketua Umum Partai Demokrat tersebut.
“Tudingan itu tidak berdasar dan meremehkan intelektualitas mahasiswa. Usia saya dengan mahasiswa sekarang terpaut sudah sangat jauh. Tidak mungkin saya mampu menggerakan 3.000 orang mahasiswa dari berbagai provinsi,” kata Adian, dalam rilis yang dikirimkannya ke media massa.
Sebelumnya, nama politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu menjadi bahan perbincangan di media sosial. Mobil yang diduga miliknya berada saat ‘penggerudukan’ di rumah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Kuningan, Jakarta Selatan.
Salah seorang pengguna Twitter mengunggah foto data mobil yang diduga milik Adian tersebut yakni Nissan Terrano SGX dengan nomor polisi B 2124 ZO berwarna hitam.
Selain itu, diduga peserta demo adalah ratusan mahasiswa yang sebelumnya mengikuti Jambore mahasiswa di Cibubur yang juga dihadiri oleh Adian.
Soal mobilnya, Adian mengatakan postingan tersebut hoax dan mobil miliknya bukan berpelat B melainkan AD. “Nggak benar. Mobil saya pelat nya AD 1 AN. Mobil saya pelat Solo,” ujarnya.
Dia juga menjelaskan, kehadirannya dalam acara tersebut semata-mata karena diundang sebagai pembicara. “Tapi karena pembicara dari aktivis 98 sudah ada sekitar empat orang, akhirnya hanya ngobrol-ngobrol dengan mahasiswa terkait kasus-kasus rakyat di daerah mereka,” katanya.
Polisi sendiri menegaskan bahwa mobil Nissan Terano yang dibawa massa mahasiswa penggeruduk kediaman Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, bukan milik Adian Napitupulu. Pemilik mobil masih dicari.
“Bukan, bukan,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono kepada wartawan di kantor KPU DKI Jakarta, Jl Salemba, Jakarta Pusat, Selasa (7/2/2017).

Menurut Adian, jangan meremehkan mahasiswa dengan menuding kegiatan mereka didalangi dan ditunggangi. Apalagi menunggangi sebuah pertemuan besar yang diikuti ribuan mahasiswa dari 500 kampus di 25 provinsi. “Tidak ada yang sanggup, termasuk saya, untuk menggerakkan kekuatan intelektual muda sebesar itu,” katanya.
Dia sendiri menilai tidak ada yangs alah dalam pertemuan yang dilakukan mahasiswa maupun hasil pertemuannya, karena para mahasiswa hanya menolak isu SARA, meminta pelajaran Pancasila diajarkan kembali di sekolah, melawan organisasi yang ingin merubah Pancasila, dan mendorong pemberantasan korupsi.
“Harusnya semua mantan presiden, semua jenderal, semua aparatur negara dan seluruh masyarakat mendukung sikap mahasiswa,” katanya.
Adian merasa tidak perlu mengomentari lebih lanjut persoalan aksi mahasiswa di depan rumah SBY, karena menurutnya kelas / level mantan presiden seharusnya mengomentari skandal chat sex yang saat ini sedang beredar luas, karena hal itu bisa merusak moral kaum muda se-Indonesia, juga pelaku pemboman dan mantan-mantan menteri yang tersangkut kasus korupsi.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Jambore dan Silaturahmi Mahasiswa Indonesia di Bumi Perkemahan Cibubur, Septian, membenarkan peserta Jambore menyambangi kediaman mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
“Tapi bukan untuk menggeruduk. Kami hanya bagi-bagi selebaran,” kata dia sebagaimana dilansir tempo.co, Senin ( 6/2/2017). Itu sebabnya mereka tidak meminta izin kepada kepolisian untuk melakukan aksi.
Septian mengatakan selebaran yang dibagikan berisi hasil musyawarah peserta Jambore. Salah satu hasil musyawarah adalah mahasiswa sepakat telah terjadi kegaduhan politik di Indonesia. “Kegaduhan politik yang kurang kondusif muaranya pasca-SBY mengeluarkan cuitan di Twitter yang menimbulkan gejolak di masyarakat,” kata dia.
Ia mengatakan SBY sering mengeluarkan pernyataan yang memicu gejolak sosial. Salah satunya, melalui akun media sosialnya. Septian melihat berbagai pihak saling mengadu domba dan memanas-manasi pihak lainnya akibat pernyataan tersebut.
Menurut Septian, kondisi tersebut berpotensi memecah belah persatuan Indonesia jika dibiarkan. Beberapa mahasiswa pun memutuskan mendatangi kediaman SBY untuk mengingatkan SBY dan warga di sekitarnya. “Kami mengingatkan sekaligus memberi tahu agar jangan baper (terbawa perasaan) dan sering tersinggung,” kata dia. Ia mengatakan negarawan harus memberikan contoh yang baik karena pernyataan yang dikeluarkannya akan berdampak luas di masyarakat.
Septian mengatakan aksi mahasiswa juga dipicu keinginan untuk mendukung mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar. Dalam kegiatan Jambore, Antasari hadir sebagai pembicara. Septian mengatakan Antasari menyiratkan bahwa perkara yang menjerat dia merupakan kriminalisasi. “Selain itu, ada banyak kasus di era SBY yang belum tuntas,” katanya. (Cipto)