Suaranusantara – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia membantah tuduhan atas dugaan dirinya melakukan penyalahgunaan wewenang dalam pencabutan dan perpanjangan izin usaha pertambangan (IUP).
Dimana dalam tuduhan itu, dia dikabarkan mematok tarif atau fee tinggi untuk pemulihan IUP yang telah dicabut.
“Nggak bener lah, mana ada. Sekarang urus-urus izin gak boleh ada macam-macam amplop-amplop. Kalau ada yang kayak begitu, ada yang mengatasnamakan, lapor ke polisi. Kalau nggak lapor ke saya,” kata Bahlil.
Selain itu, Bahlil juga mempertanyakan asal muasal informasi tersebut.
“Dari mana itu? Siapa yang bilang? Dari mana kabarnya? Lapor ke polisi dan tangkap itu orang,” kata Bahlil.
Diketahui, Jaringan Advokasi Tambang Nasional (Jatamnas) melalui akun media sosialnya @jatamnas, belum lama ini membongkar bisnis tambang yang melibatkan Bahlil Lahadalia, sejak 2010 bernama PT Rifa Finance dan merupakan induk dari 10 perusahaan yang ada di beberapa wilayah Tanah Air.
Bisnis tambang Bahlil ini diungkap Jatam di tengah tudingan isu fee IUP miliaran rupiah yang tengah ramai dibicarakan dimedia sosial.
Adapun anak perusahaan dari PT Rifa Finance yakni PT Ganda Nusantara, PT MAP Surveillance, PT Pandu Selaras, PT Cendrawasih, dan PT Mapsource Mining.
Namun, Jatam menyebutkan terdapat keanehan pada beberapa perusahaan dari Bahlil tersebut, dimana tidak tercantum di situs Ditjen AHU Kemenkumham RI.
Sementara PT Meta Mineral Pradana adalah perusahaan Bahlil yang bergerak dibidang pertambangan. Adapun perusahaan ini memiliki dua izin tambang dengan luas konsesi masing-masing 470 hektar dan 165.50 hektar di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.
Pemegang saham perusahaan ini, yakni PT Rifa Capital sebesar 10 persen dan PT Bersama Papua Unggul sebesar 90 persen.
Kedua perusahaan ini milik Bahlil, di mana komposisi pengurus PT Meta Mineral Pradana, antara lain Tresse Kainama sebagai Direktur dan Ir Made Suryadana sebagai Komisaris.
PT Rifa Capital dikabarkan telah mengeksplorasi 39 ribu hektare lahan tambang batubara di Fak-Fak, Papua Barat, dan 11 ribu hektare lahan nikel di Halmahera.
Sedangkan PT Bersama Papua Unggul yang bergerak di bidang konstruksi, perdagangan, instalasi listrik, telekomunikasi dan mekanikal mengusai saham sebesar 450 lembar di perusahaan ini dan 50 lembar dipegang oleh Tresse Kainama.
Perusahaan lain yang dimiliki Bahlil adalah PT Dwijati Sukses, perusahaan yang sering terlihat di situs-situs lelang proyek pemerintah, di mana besar kemungkinan perusahaan ini bergerak di bidang konstruksi atau properti.
Discussion about this post