Suaranusantara.com- Pasangan calon (paslon) gubernur Pilkada Jakarta 2024 nomor urut 1 dan 3, Ridwan Kamil-Suswono dan Pramono Anung-Rano Karno tengah memperebutkan kursi orang nomor satu di DKI Jakarta.
Pramono Anung-Rano Karno mengklaim bahwa Pilkada Jakarta 2024 akan berlangsung satu putaran. Hal ini dikarenakan perolehan suara dari real count internal mereka mencatat perolehan 2.183.577 suara atau sama dengan 50,07 persen.
Bahkan Pramono Anung-Rano Karno sehari setelah pencoblosan Pilkada Jakarta 2024 pada Kamis 28 November 2024, mendeklarasikan kemenangan.
Sementara itu rivalnya, Ridwan Kamil-Suswono mengklaim Pilkada Jakarta 2024 akan berlangsung dua putaran.
Hal ini dikarenakan, berdasarkan real count data internal RIDO (Ridwan Kamil-Suswono), pihaknya mencatat hasil suara yang masuk sebanyak sebanyak 99,99 persen.
Pasangan RIDO mencatat perolehan suara 1.748.714 suara (40,17 persen), sedangkan Pramono-Rano memimpin dengan 2.145.494 ribu suara atau setara dengan 49,28 persen.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah berpendapat saat ini Pilkada Jakarta akan berlangsung satu putaran yang dimenangkan oleh Pramono-Rano.
“Hasil hitung cepat selama ini jarang keliru. Utamanya dari lembaga bereputasi, terlebih posisi RK tertinggal cukup jauh,” kata Dedi pada Senin 2 Desember 2024.
Tapi, apabila berlangsung dua putaran, maka akan sangat menguntungkan kubu Ridwan Kamil-Suswono. Terlebih paslon nomor urut 1 ini didukung oleh kelompok penguasa.
Berbeda dengan Pramono Anung-Rano Karno yang dikatakan bisa merugi, hal ini dikarenakan logistik mereka yang terbatas serta keajegan pemilih yang bisa saja berubah.
“Sementara RK didukung oleh kelompok yang sama yakni penguasa,” ucapnya.
Kendati demikian, Pramono masih memiliki nilai plus sebab memiliki sumber ceruk suara yang bervariasi.
Pramono-Rano diketahui memperoleh suara dari pemilih Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Diketahui Anies dan Ahok beda kubu, namun pada Pilkada Jakarta 2024 kubu keduanya bersatu mendukung Pramono.
“Berbeda dengan RK, ia dipilih oleh kelompok yang sama, yakni pemilih Prabowo dan Jokowi, keduanya bersumber sama,” ujar dia.
Sementara itu, Direktur Trias Politika Strategis Agung Baskoro meminta kedua kubu untuk menyudahi saling klaim perolehan suara.
Agunh meminta kedua pihak untuk menunggu hasil resmi yang nanti diumumkan langsung oleh KPU. Dan untuk bersikap legowo ketika pengumuman resmi KPU sudah keluar.
“Saya melihat bahwa kenapa perlu disudahi klaim-klaim ini supaya ya mereka siap apapun itu skenarionya, ya kalau satu putaran berarti selesai pemilunya. Tapi kalau memang dua putaran ya siap-siap berkompetisi lagi dari titik nol,” ucap Agung.
Ia pun menyatakan jika memang berlangsung dua putaran, maka pertarungan akan cukup sengit.
Meski begitu, Agung menyebut baik RK maupun Pramono merupakan dua sosok yang memiliki kedekatan dengan istana. Meskipun, hal itu lebih tergambar di sosok RK.
Ia berpendapat posisi itu bisa saja memposisikan Pramono dipandang oleh pemerintah pusat sebagai penghubung antara PDI Perjuangan dengan Prabowo.
“Pramono kita tidak boleh lupa, dia Seskab dua periode di masa Jokowi dan kolega Prabowo di kabinet Jokowi,” ujarnya.
Agung menyatakan kedua pihak tak bisa saling menganggap remeh satu sama lain. Terlebih, Pramono-Rano yang kini diunggulkan di putaran pertama.
Namun, walau diunggulan di putaran pertama, belum tentu bisa unggul lagi di putaran kedua, seperti Pilkada 2017 silam.
“Karena tidak ada jaminan yang menang di putaran pertama akan menang di putaran kedua, itu terbukti di 2017,” ucap dia.
Kemudian, Agung juga menyinggung pemilih Dharma-Kun yang menurutnya akan menjadi ceruk suara strategis jika berlangsung dua putaran.
Ia memprediksi RK dengan Pramono akan memperebutkan ceruk suara tersebut.
“Konkret saja apakah mereka bersedia melanjutkan program kerja Dharma-Kun dalam konteks misalkan Jakarta aman, Jakarta beradab,” kata Agung.
Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Arifki Chaniago menyampaikan pekerjaan rumah bagi Pramono-Rano ialah mengawal proses perhitungan suara jika ingin mempertahankan klaimnya menang satu putaran.
“Kalau memang Pram itu mengira dia menang satu putaran dia harus mengawal,” kata Arifki.
Arifki berpendapat masih banyak potensi yang bisa terjadi hingga pengumuman resmi hasil KPU pada pertengahan Desember nanti.
“Potensi ada usaha PSU, pemilihan ulang di beberapa wilayah. Ini kan juga akan berdampak ke Pram juga secara politik,” ucapnya.
Sementara di kubu RIDO, ia mengatakan upaya membangun narasi dua putaran ini akan bergantung pada seberapa berkepentingan KIM Plus dalam memenangkan RIDO.
“Ini juga KIM Plus juga setengah hati juga mendukung RIDO,” ujar dia.
Ia juga menyebut Pramono merupakan sosok yang dinilai komunikatif dengan seluruh kalangan, termasuk dengan Prabowo, Jokowi, hingga beberapa parpol di KIM Plus.
Kalaupun nanti akan berlangsung dua putaran, maka yang menjadi tantangan bagi kubu Pramono-Rano ialah soal logistik dan instrumen politik.
Ia berpendapat khususnya perihal instrumen politik, kubu RIDO memang lebih diuntungkan mengingat mereka disokong kubu penguasa.
Discussion about this post