
Jakarta-SuaraNusantara
Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, pihaknya menghadapi tantangan besar terkait mentalitas generasi muda. Di satu sisi, prestasi-prestasi unggul telah diraih para pelajar di berbagai bidang dan berbagai tingkat. Namun di sisi lain, masih banyak anak bangsa yang tercecer di luar sekolah dan di jalan karena tidak terakses pendidikan dengan baik. Bersamaan dengan itu, tidak sedikit pula pelajar yang ternyata memiliki mental lemah dan mudah menyerah.
Untuk itu, Kemendikbud telah merancang pola pendidikan yang diharapkan dapat menjawab tantangan masa depan. Untuk mengatasi kesenjangan aksen pendidikan misalnya, Kemendikbud saat ini menggencarkan penyaluran Kartu Indonesia Pintar (KIP) agar lebih cepat dan efektif.
“KIP ini program Presiden Jokowi yang sangat bagus untuk mengatasi masalah kesenjangan pendidikan, jadi harus disukseskan. Tidak boleh ada anak Indonesia yang tidak terakses pendidikan,” ujar Mendikbud di kantor Kemendikbud, Jakarta, Kamis (10/11/2016
Sementara, untuk menyiapkan tenaga terampil sesuai dengan kebutuhan, Kemendikbud juga melakukan revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Terutama untuk jurusan-jurusan yang terkait sumber daya di Indonesia, seperti pariwisata, kemaritiman, ketahanan pangan, dan ekonomi kreatif.
“Saat ini, pemetaan dan penyiapan guru dengan keahlian ganda sudah dilakukan. Di samping menggandeng dunia usaha dan dunia industri untuk memperkuat keahlian anak-anak kita,” ujar Muhadjir.
Untuk menyiapkan mental pelajar pada pendidikan dasar, Kemendikbud juga membuat Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Program dimulai dengan piloting pada 540 sekolah dan akan bertambah terus sampai tahun depan. Dalam program ini, jam belajar di sekolah dan lingkungan akan ditambah dengan kegiatan penanaman karakter.
Demikian juga jam kerja guru diharapkan cukup terpenuhi di satu sekolah tanpa harus mencari jam mengajar di sekolah lain. Kepala sekolah lebih difungsikan sebagai manajer yang bertugas mengelola potensi sekolah dan lingkungannya sebagai sumber belajar.
Dia mengajak semua pihak bersyukur karena hidup di era yang sudah serba mudah seperti saat ini. Dibandingkan masa di mana para pendahulu memperjuangkan serta mempertahankan kemerdekaan, generasi sekarang relatif tinggal menikmati saja. Namun demikian, karena tantangannya berbeda, tetap saja diperlukan usaha keras untuk memajukan bangsa.
“Pada tahun 2045, saat kita memperingati Hari Proklamasi ke-100, kita akan memetik hasil pendidikan saat ini dengan generasi yang tangguh dan pekerja keras, disiplin tinggi, relijius dan mencintai Tanah Air,” tutur Muhadjir. (arman)