
Jakarta-SuaraNusantara
Ketua Umum DPP Partai Golkar, Setya Novanto angkat bicara soal teror dengan bom molotov yang terjadi di depan Gereja Oikumene, Sengkotek, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu pagi (13/11/2016) yang melukai 5 orang dan merusak belasan motor yang diparkir di halaman gereja.
“Saya mengutuk aksi ini sebagai bentuk kedzaliman atas nilai-nilai kemanusiaan yang sedang kita tata bersama,” kata Novanto, kemarin malam.
Novanto mengimbau semua pihak untuk hati-hati. Kejadian ini menunjukkan bahwa ancaman teror bisa terjadi kapan pun dan di mana pun.
“Peristiwa hari ini harus menjadi peringatan penting, bahwa seluruh komponen bangsa harus waspada dan bersiaga penuh merespons berbagai potensi teror dan kekerasan,” ujarnya.
Senada dengan Novanto, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kaltim, Asmunie Ali meminta masyarakat tak terprovokasi aksi pengeboman di depan Gereja Oikumene, Sengkotek, Loa Janan, Samarinda.
Menurut Asmunie, peristiwa pengeboman tersebut merupakan upaya menghancurkan kesan Kaltim sebagai daerah yang kondusif. “Jangan terpancing. Sebab saya lihat banyak sekali informasi tak bertanggungjawab di media sosial. Banyak yang mengambil kesimpulan tak berdasar. Kita harus tenang dan serahkan ke aparat hukum,” kata Asmunie.
Wakil Ketua DPR RI Taufik Kurniawan juga mengutuk keras aksi pengeboman terhadap Gereja Oikumene di Samarinda. “Saya menilai aksi itu ditujukan bukan hanya untuk warga Samarinda saja, kepada seluruh rakyat Indonesia. Dan saya minta, kita jangan sampai terpengaruh apalagi mau dipecah belah,” jelasnya.
Politisi PAN itu memastikan bahwa kekerasan tidak pernah menjadi pilihan agama apa pun. Apalagi dengan kondisi Indonesia yang aman dan damai, serta kebhinnekaan menjadi pemersatu seluruh elemen dan anak bangsa.
Sementara Rachmawati Soekarnoputri berharap aparat keamanan dalam hal ini Polri dapat bersungguh-sunggguh dalam bekerja menuntaskan kasus terors tersebut. Selain juga menyerukan agar setiap warga negara di Indonesia menghindari aksi-aksi kekerasan apalagi teror dalam menyelesaikan suatu masalah.
“Teror, apalagi terhadap rumah ibadah tidak dapat dibenarkan. Ini perbuatan keji,” ujar politisi Partai Pelopor ini.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo mengatakan, pPelemparan bom molotov ke jemaah Gereja Oikumene adalah bentuk teror untuk masyarakat Indonesia.
“Ini adalah bagian dari teror kepada masyarakat, saya kira semua akan mengutuk,” ujar Tjahjo Kumolo kepada wartawan di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Minggu (13/11/2016).
Mantan Sekjen Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu menyayangkan aksi tersebut. Seharusnya apapun aspirasi pelaku, bisa disampaikan dengan cara yang tidak melanggar hukum.
Ia mengaku percaya penegak hukum akan mampu mengungkap kasus tersebut, dan menyeret siapa saja yang terlibat. Dengan demikian aksi teror untuk masyarakat bisa segera disudahi.
“Ini negara hukum, ada aturannya, ada etiknya,” ujar Tjahjo Kumolo.
Sejumlah media asing ramai memberitakan teror bom molotov di Samarinda. Harian Straits Times menulis Indonesia akhir-akhir ini kerap dijadikan sasaran serangan dengan menggunakan alat-alat peledak buatan atau peledak yang telah diimprovisasi (IED).
ABC News menyebut Indonesia kerap menjadi sasaran serangan karena dipicu ketegangan yang terjadi di Indonesia. Ketegangan yang dimaksud adalah ketegangan yang sengaja ditimbulkan akibat aksi protes atas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Sedangkan, Anadolu Agency mengatakan Indonesia jadi sasaran karena meningkatnya aktivitas kelompok ekstremis di Indonesia. Terutama sejak serangan teror di Sarinah, Jakarta, pada Januari 2016 lalu, yang melibatkan empat orang yang diduga simpatisan ISIS di Indonesia.
“Ini merupakan serangan kedua yang menyerang sebuah gereja di Indonesia, pada 2016 ini,” ujar media tersebut.
Sebelumnya, sebuah gereja di Medan, Sumatera Utara, jadi lokasi penikaman seorang pastur dan sempat nyaris jadi sasaran ledakan bom. (dbs)