Suaranusantara.com – Puasa di bulan Ramadhan adalah kewajiban bagi umat Islam, dan salah satu syarat sahnya puasa adalah dengan membaca niat sebelum waktu fajar tiba. Namun, terkadang kita dapat melupakan untuk membaca niat puasa.
Apakah dalam keadaan seperti ini, ibadah puasa dianggap tidak sah dan harus diganti di waktu lain?
Pentingnya Niat dalam Puasa
Niat puasa adalah bagian tak terpisahkan dari rukun puasa. Tanpa niat yang disampaikan, maka puasa yang dilakukan dianggap tidak sah. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk mengucapkan niat puasa sebelum memulai ibadah puasa.
Apakah Puasa Tetap Sah Jika Lupa Membaca Niat?
Jika seseorang lupa membaca niat puasa sebelum waktu fajar tiba, namun tetap memiliki niat di dalam hatinya untuk berpuasa, maka puasanya masih tetap sah. Hal ini berdasarkan pada hadis yang menyatakan bahwa “Perbuatan itu tergantung pada niatnya.”
Dengan demikian, asalkan niat untuk berpuasa ada dalam hati, maka puasanya tetap sah meskipun tidak diucapkan secara lisan.
Kapan Harus Membaca Niat Puasa?
Niat puasa dapat dibacakan pada malam hari sebelum waktu fajar tiba atau sebelum memulai ibadah puasa. Setelah mengucapkan niat, seseorang dapat memulai puasanya dan mengakhiri ibadah dengan berbuka.
Dalam ajaran Islam, Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat. Jika seseorang melupakan membaca niat puasa, tetapi memiliki niat yang tulus dalam hati untuk berpuasa, maka Allah SWT Maha Mengetahui dan Maha Pemurah dalam menerima ibadah hamba-Nya.
Bacaan Niat Puasa Ramadhan
Berikut bacaannya niat puasa pada malam hari :
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i fardhi syahri Ramadhana hadzihis sanati lillahi ta’ala.
Artinya: “Aku niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban puasa bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Taala”
Berikut bacaan niat puasa Sebulan penuh di bulan Ramadhan lengkap Arab, Latin, dan artinya:
نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هٰذِهِ السَّنَةِ فَرْضًا لِلّٰهِ تَعَالَى
Arab Latin: Nawaitu shauma jami’i syahri ramadhani hadzihis sanati fardhan lillahi ta’ala.
Artinya: “Aku niat berpuasa di sepanjang bulan Ramadhan tahun ini dengan mengikuti pendapat Imam Malik, wajib karena Allah Ta’ala.” (Shafira Amalia, ed: Nashih)
Jika sudah membaca niat puasa Ramadhan untuk sebulan penuh, maka niatnya tidak perlu diperbarui lagi. Alasannya, karena puasa Ramadhan itu merupakan satu kesatuan ibadah.
Sebagaimana telah dijelaskan Imam al-Quyubi berikut ini:
وَيُنْدَبُ أَنْ يَنْوِيَ أَوَّلَ لَيْلَةٍ صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ أَوْ صَوْمَ رَمَضَانَ كُلَّهُ لِيَنْفَعَهُ تَقْلِيدُ الْإِمَامِ مَالِكٍ فِي يَوْمٍ نَسِيَ النِّيَّةَ فِيهِ مَثَلًا لِأَنَّهَا عِنْدَهُ تَكْفِي لِجَمِيعِ الشَّهْرِ
Artinya: “Disunahkan pada malam pertama bulan Ramadhan untuk niat berpuasa sebulan penuh untuk mengambil memanfaatkan pendapat Imam Malik pada suatu hari yang lupa untuk berniat di dalamnya. Karena beliau menganggap niat tersebut mencukupi bila lupa niat pada malam-malam berikutnya di semua malam Ramadhan.” (Hasyiyah Al-Qulyubi, II/66)
Discussion about this post