
Nama Danau Megoto mungkin belum cukup populer di kalangan penikmat wisata. Bahkan masyarakat Nias sendiri masih banyak yang belum pernah mendengarnya. Padahal danau alami yang terletak di Desa Ononamolo Tumula, Kecamatan Alasa, Kabupaten Nias Utara ini memiliki panorama sangat indah dan berpotensi untuk dijadikan sebagai obyek wisata terpadu dan terlengkap di Kabupaten Nias Utara, bahkan mungkin di Kepulauan Nias.
Danau Megoto dikelilingi oleh lahan berupa tanah kosong seluas 2.700 hektar. Berbagai ragam flora dan fauna ada di dalamnya, sehingga obyek wisata air dan wisata darat dapat dibangun di sana. Misalnya wisata kebun (agro wisata), wisata satwa (kebun binatang dan peternakan), tempat outbound dan perkemahan. Lalu Desa Ononamolo Tumula dapat dijadikan sebagai desa wisata, desa budaya, atau desa seni. Dilihat dari latar belakang historis, desa yang masih kental dengan adat istiadat ini dapat memenuhi syarat untuk hal tersebut.
Kelak wisata Danau Megoto dapat terkoneksi dengan obyek-obyek wisata alami yang ada di sekitarnya. Bila kita bergeser 2 km ke arah timur, di situ ada Sungai Oyo dengan berbagai aktivitas wisata yang bisa dikelola. Bergeser 2 km ke selatan, ada Pantai Sidua Idano yang terbentang sejauh 8 km, mulai dari muara Sungai Tumula hingga muara Sungai Oyo dengan hamparan pasir putih yang eksotik dan gulungan ombak yang tidak kalah menarik bagi peselancar. Yang tidak kalah menarik adalah aktivitas memancing di laut atau pantai yang diapit oleh dua sungai besar ini. Bahkan juga aktivitas mancing di sungai-sungai yang ada di sekitarnya.
Maka tidak berlebihan bila dikatakan obyek wisata Danau Megoto akan menjadi kawasan wisata primadona Kepulauan Nias di masa mendatang. Wisatawan akan betah berlama-lama karena wisatawan yang tidak terlalu suka dengan wisata bahari bisa memilih obyek wisata terpadu di sana.
Namun masalah infrastruktur masih menjadi kendala utama untuk menjadikan danau seluas 12 hektar (diukur dengan teknologi GPS) ini sebagai salah satu obyek wisata andalan masa depan. Listrik maupun jalan aspal masih belum masuk ke wilayah ini. Padahal Danau Megoto berjarak 3 km dari pusat desa dan 6 km dari ujung jalan aspal terdekat. Bahkan berjarak sekitar 15 km apabila dikunjungi dengan melewati Kecamatan Afulu.

Semasa kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh-Nias masih ada, pernah ada NGO (Non Government Organisation/LSM) tertarik untuk mengembangkan kawasan Danau Megoto. NGO yang bergerak di bidang konservasi alam ini bahkan sempat menyiapkan dana sekitar £350.000 untuk mengembangkan wisata alam sekaligus mengkonservasi kawasan hutan di sana. Sayangnya, dana pendamping yang ditunggu-tunggu itu tidak kunjung tiba.
Ketertarikan NGO tersebut bermula ketika pimpinan mereka menyusuri jalan setapak dan terkesima melihat berbagai tanaman hias dan tanaman obat berjejer dengan indahnya di sepanjang jalan menuju Danau Megoto. Belum lagi dari bukit dapat diamati beberapa jenis burung yang bertengger di pepohonan rindang. Suara riuh burung rangkong kadang terdengar, silih berganti dengan suara bergema kawanan kera di kejauhan. Benar-benar alami.
Masuk sedikit ke dalam hutan, jejak dan lintasan babi hutan, kancil, kijang, dan rusa dapat disaksikan. Dan meski ribuan ekor kura-kura dan biawak serta trenggiling sudah “dijarah” dari dalam hutan, hewan-hewan liar tersebut masih sering dapat kita jumpai.
Saat ini, danau yang terletak di koordinat N.1.14530’ E.97.35373 dengan ukuran 1,15 x luas Danau Singkarak ini tinggal menunggu perhatian dari Pemerintah Kabupaten Nias Utara serta pemangku kepentingan lainnya. Kepala Daerah Nias Utara beserta jajarannya diharapkan berlaku bijak dalam menetapkan arah dan langkah pembangunan Nias Utara, termasuk pembangunan sektor pariwisatanya.
Moga-moga tidak terjadi seperti sebelumnya dimana dalam SK Bupati Nias Utara No. 556/219/K/Tahun 2013 tentang Penetapan 46 Lokasi Wisata dan Rekreasi di Nias Utara, pemda sama sekali tidak mencantumkan Danau Megoto dalam daftar. Padahal air luncuran berdebit 5 liter/detik dengan ketinggian sekitar 2 meter saja dicantumkan sebagai obyek wisata air terjun. Kabarnya waktu itu, kawasan danau ini malah ditawarkan ke investor untuk dijadikan lahan penanaman Akasia sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga biomassa. Beruntung rencana tersebut tidak jadi kenyataan.
Kiranya Tagline “Nias Pesona Pulau Impian” yang sudah diluncurkan di Gedung Sapta Pesona, Kantor Kementerian Pariwisata RI awal Juni lalu dapat membangkitkan semangat terwujudnya Kawasan Wisata Terpadu Danau Megoto. Jangan sampai pemerintah daerah kalah momentum dengan aksi keturunan Balugu Dali Zalukhu (ahli waris tanah ulayat Danau Megoto), yang telah sepakat untuk tidak memanfaatkan tanah warisan tersebut hingga radius 500 meter dari pinggir Danau Megoto untuk keperluan apapun, selain yang berkaitan dengan upaya pengembangan pariwisata. (Fenueli Zalukhu)