
Jakarta-SuaraNusantara
Hingga Sabtu sore ini sudah 235 orang tewas dalam peristiwa penembakan dan pemboman di Masjid Al-Rawdah, di Kota El-Arish, Sinai Utara, Mesir, Jumat (24/11/2017) kemarin.
Menurut saksi mata, sekelompok militan bersenjata melakukan aksi penembakan dan pemboman dari empat arah terhadap jamaah yang baru melaksanakan sholat Jumat.
“Para pelaku menembaki orang-orang saat mereka meninggalkan masjid,” tutur seorang warga setempat. “Mereka juga melepas tembakan ke arah ambulans,” tambahnya.
Berbagai foto dari lokasi kejadian memperlihatkan sebagian dari jenazah korban tewas ditutupi selimut, sebagian lagi korban luka tampak mengalami pendarahan.
Para pejabat Mesir menyatakan, tragedi di masjid “kaum sufi” itu merupakan serangan teroris paling mematikan dalam sejarah modern Mesir. Selain merenggut 235 orang, sebanyak 109 orang lainnya terluka.
Seorang petugas polisi mengatakan korban tewas termasuk setidaknya 15 anak. Salah seorang saksi menyebut korban jauh lebih banyak, di mana dia telah membantu mengumpulkan jasad 25 anak tersebut.
”Adegan itu mengerikan,” kata Ibrahim Sheteewi, saksi mata yang juga penduduk Bir al-Abed, tempat serangan teror tersebut berlangsung,” seperti dikutip New York Times, Sabtu (25/11/2017).
”Mayat-mayat itu bertebaran di tanah di luar masjid. Saya berharap Tuhan menghukum mereka (pelaku) untuk ini,” ujar dia.
Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dalam pidatonya mengatakan bahwa tentara Mesir akan menanggapi tragedi serangan bom di masjid itu dengan kekerasan.
“Apa yang terjadi ditujukan untuk menghentikan usaha kita guna menghadapi terorisme, ini bertujuan untuk menghancurkan kehendak kita dan menggoyahkan kepercayaan orang-orang Mesir, namun kita teguh dan akan terus memerangi terorisme,” kata Abdel Fattah al-Sisi.
Beberapa jam kemudian militer Mesir meluncurkan serangan udara dengan sejumlah pesawat jet tempur di dekat Bir al-Abed. Militer mengklaim, serangan balas dendam ini menewaskan sejumlah teroris dan fasiltas senjatanya.
Kebanyakan kelompok militan di Sinai menarget personel kepolisian dan militer dalam serangannya. Situasi konflik di Sinai memburuk setelah militer Mesir yang dipimpin Al-Sisi melengserkan Presiden Mohamed Morsi pada 2013. Sejak itu, milisi Sinai juga mulai menarget warga sipil yang dianggap bekerja sama dengan militer Mesir.
Penulis: Yon K