Suaranusantara.com – Pasukan Amerika Serikat (AS) dan Inggris kembali melancarkan serangan udara dan rudal terhadap target-target milisi Houthi di Yaman pada Kamis (18/1/2024).
Serangan ini merupakan balasan atas serangan Houthi yang mengancam kapal-kapal internasional di Laut Merah, termasuk kapal Israel.
Menurut Pentagon, serangan AS dan Inggris menghancurkan beberapa fasilitas Houthi yang digunakan untuk meluncurkan rudal balistik, drone, dan kapal-kapal berbom.
Serangan ini juga menewaskan sejumlah anggota Houthi, termasuk beberapa komandan tinggi.
Serangan ini merupakan putaran keempat dalam seminggu terakhir, setelah AS dan Inggris melakukan serangan pertama pada Jumat (12/1/2024).
Serangan-serangan ini didukung oleh sejumlah negara sekutu, seperti Australia, Bahrain, Kanada, dan Belanda.
Presiden AS, Joe Biden, mengatakan bahwa serangan-serangan ini bertujuan untuk melindungi kepentingan AS, sekutu, dan mitra di kawasan, serta menjaga kebebasan bernavigasi di Laut Merah. Biden juga mengecam Houthi sebagai kelompok teroris yang didukung oleh Iran.
Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah barat Yaman, termasuk ibu kota Sanaa, mengaku bertanggung jawab atas serangan-serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
Houthi mengklaim bahwa serangan-serangan itu merupakan bagian dari perjuangan mereka untuk mendukung rakyat Palestina yang berhadapan dengan Israel di Jalur Gaza.
Houthi juga menantang AS dan Inggris untuk menghentikan serangan-serangan mereka dan mengakhiri dukungan mereka terhadap koalisi pimpinan Arab Saudi, yang telah melakukan intervensi militer di Yaman sejak 2015.
Houthi mengancam akan melancarkan serangan lebih besar jika AS dan Inggris tidak menghormati kedaulatan Yaman.
Konflik di Yaman telah menewaskan puluhan ribu orang, sebagian besar warga sipil, dan menyebabkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
PBB telah berulang kali meminta gencatan senjata dan dialog damai antara pihak-pihak yang bertikai, tetapi upaya-upaya tersebut belum membuahkan hasil.
Discussion about this post