Suaranusantara.com- Presiden ke 7 RI Joko Widodo atau Jokowi memberikan arahan kepada relawannya untuk mendorong Prabowo-Gibran menjabat dua periode.
“Sejak awal, saya sampaikan kepada seluruh relawan untuk itu (mendukung Prabowo-Gibran dua periode),” kata Jokowi, Jumat 19 September 2025.
Mulanya arahan itu disampaikan lebih dulu oleh kelompok relawan Barisan Rakyat Jokowi Presiden (Bara JP) dan kemudian dikonfirmasi langsung oleh sang mantan presiden.
Saat ditemui di kediamannya di Solo, Jokowi tidak menampik dan justru memberikan penegasan yang mengindikasikan sebuah instruksi politik jangka panjang.
Namun, di tengah arahan tersebut, pendukung Prabowo memberikan respon tak terduga. Melalui Ketua Umum Gerakan Cinta Prabowo (GCP), Kurniawan, memberikan tanggapan yang berbeda.
Sebab, alih-alih menyambut gembira dukungan dua perido, kustru Kurniawan menegaskan bahwa kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat, bukan pada elite politik.
Menurutnya, siapa pun berhak mengarahkan dukungan, tetapi rakyat yang menilai dan memilih.
“Semua tergantung masyarakat yang memilih. Semua orang bisa menawarkan siapa pun untuk dipilih jadi pemimpin. Tapi dikembalikan lagi kepada masyarakat. Layak tidak layak dipilih itu masyarakat yang berhak menilainya, berhak memilihnya,” kata Kurniawan saat ditemui usai Apel Kebangsaan di Jakarta Timur, dikutip Senin 22 September 2025.
Kurniawan secara diplomatis menolak untuk mengomentari pernyataan Jokowi secara spesifik. Ia menegaskan bahwa fokus GCP saat ini adalah mengawal pemerintahan Prabowo-Gibran yang sedang berjalan. Baginya, urusan siapa pemimpin selanjutnya adalah murni hak prerogatif rakyat.
“Yang jelas kita jalani saat ini yang jadi presiden adalah Pak Prabowo dan Wakilnya Gibran, selebihnya masyarakat yang berhak menentukan pilihan siapa pemimpinnya yang layak, siapa yang tidak layak, saya rasa itu,” jelasnya
Pernyataan paling tajam dari Kurniawan muncul ketika ditanya mengenai arah loyalitas Gerakan Cinta Prabowo. Tanpa ragu, ia mendeklarasikan bahwa kesetiaan organisasinya hanya tertuju pada satu nama, yakni Prabowo Subianto.
Loyalitas ini, menurutnya, tidak terikat oleh manuver politik, pasangan elektoral, atau bahkan arahan dari tokoh lain.
“Saya bicaranya Pak Prabowo, saya tidak bicara hal yang lain-lain. Karena kami adalah loyalis Prabowo sejati yang ada dari tahun 2008. Saat itu dia berpasangan dengan siapapun, kita bicaranya adalah Pak Prabowo Subianto,” pungkasnya.

















Discussion about this post