Jakarta-SuaraNusantara
Sidang Sinode ONKP (Orahua Niha Keriso Protestan) ke-XIII di Tokosa Hall, Kabupaten Nias Barat, Minggu 16 April 2017 dini hari silam, berhasil menetapkan BPH (Badan Pengurus Harian) Terpilih melalui voting tertutup. Terpilih sebagai Ephorus (Ketua/Pemimpin) ONKP adalah Pdt. Saradodo Gulo, Pdt. Onasokhi Hia sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) dan Pdt. Saridame Hia sebagai Bendahara Pusat (Benpus).
Warga jemaat berharap agar BPH terpilih dapat membawa ONKP menjadi organisasi yang mandiri, serta terus tumbuh dalam pelayanan demi kemuliaan nama Tuhan Yesus sebagai Kepala Gereja. BPH ONKP terpilih diharapkan benar-benar memiliki kemampuan dalam memajukan umat Kristiani pada umumnya.
Sayangnya, terkait pemilihan BPH, Sidang ONKP ke-XIII sekaligus perayaan HUT ONKP ke-65 yang dibuka oleh Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi dan turut dihadiri beberapa tokoh masyarakat Nias seperti Menkumham Yasonna H. Laoly, Ketua Umum Himpunan Masyarakat Nias Indonesia (HIMNI) Marinus Gea, dan mantan Anggota DPR Firman Jaya Daeli ini, diwarnai kericuhan yang sama sekali tidak mencerminkan sifat kebaikan Kristiani.
Hanya karena persoalan persyaratan batasan umur dan lama pengalaman kerja untuk bisa terpilih sebagai BPH, jalannya sidang diwarnai kericuhan di antara peserta.
Persoalan bermula ketika muncul wacana supaya syarat masa kerja pendeta yang dicalonkan sebagai Ephorus cukup 8 tahun atau 2 periode. Namun peserta sidang, Pdt. Drs. Fatieli menilai syarat Sekjen dan Benpus sebaiknya tetap mengacu pada ketentuan sebelumnya, yaitu 10 tahun. Pendapat Fatieli kemudian dibantah lagi oleh Ir. Yasiduhu Gulo yang berpendapat masa kerja tidak perlu dijadikan acuan.
Entah bagaimana mulanya, perdebatan kemudian meluas dan memanas ke peserta lain, bahkan banyak peserta menunjukkan rasa emosi, berteriak-teriak, dan menunjuk-nunjuk ke arah pemimpin sidang. Hal ini jelas sangat disayangkan.
Seorang wanita setengah baya mengenakan pakaian  berwarna oranye dibalut jas hitam menunjukkan sikap paling emosional di antara peserta lainnya. Sambil menggendong anaknya yang sedang menyusu di botol, ibu tersebut berteriak-teriak dalam bahasa Nias.
Kontributor SuaraNusantara yang sedang merekam suasana jalannya sidang dengan kamera ponsel, kemudian mengambil gambar wanita tersebut. Merasa tidak senang diambil gambarnya, dia langsung memukul ponsel kontributor hingga jatuh dan rusak.
Sangat disayangkan sikap peserta Sidang ONKP yang tidak bisa menahan emosi dan jauh dari semangat Kristiani. Bila jemaat mengharapkan BPH ONKP terpilih dapat menjadi pemimpin yang menggembalakan umat, maka sudah sepatutnya bila jemaat menunjukkan sikap sebagai umat yang pantas untuk dipimpin.
Penulis: Yono