Suaranusantara – Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta dan mantan Rektor Universitas Paramadina, baru-baru ini mengalami kegagalan dalam memperoleh dukungan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.
Kegagalan Anies ini diyakini dipicu oleh perhitungan politik yang dilakukan oleh PDIP dan Istana, yang memiliki kesamaan pandangan terkait proyeksi politik menuju Pemilihan Presiden (Pilpres) 2029.
Menurut pengamat politik dari Motion Cipta (MC) Matrix, Wildan Hakim, kegagalan Anies mendapatkan dukungan dari PDIP tidak hanya sekadar masalah internal partai, melainkan juga berkaitan dengan kalkulasi politik jangka panjang.
Istana dan PDIP, kata Wildan, sama-sama menilai bahwa Anies merupakan sosok yang memiliki potensi besar untuk menjadi pesaing serius dalam kontestasi Pilpres 2029.
“Jadi, proyeksi seputar Pilpres 2029 inilah yang mengganjal laju Mas Anies untuk menduduki jabatan publik sebagai gubernur,” ujar Wildan kepada Kantor Berita Politik dan Ekonomi RMOL, Selasa 3 September 2024.
Wildan menjelaskan bahwa dari sudut pandang politik, Anies secara pribadi mungkin tidak dirugikan oleh keputusan ini.
Namun, kegagalannya untuk mendapatkan posisi gubernur membuatnya kehilangan “panggung politik” yang signifikan menuju Pilpres 2029.
Tanpa posisi publik yang kuat, kemampuan Anies untuk membangun basis dukungan dan mempertahankan relevansi politiknya menuju Pilpres mendatang bisa terganggu.
Sementara itu, dari sisi PDIP, keputusan untuk tidak mendukung Anies juga dipandang sebagai upaya untuk mengurangi risiko politik yang mungkin dihadapi partai di masa depan.
Dengan menghalangi laju Anies, tensi perlawanan antara PDIP dan koalisi lain seperti KIM Plus (Koalisi Indonesia Maju) dapat dikelola sedemikian rupa sehingga ancaman yang berpotensi menargetkan PDIP bisa diminimalisir.
Meskipun Pilpres 2024 belum dilaksanakan, strategi dan langkah-langkah politik sudah mulai diarahkan untuk mempengaruhi hasil di tahun 2029.
Anies Baswedan, yang pernah menjadi salah satu tokoh sentral dalam politik Indonesia, kini harus menghadapi tantangan baru dalam persaingan yang semakin ketat.
Discussion about this post