Suaranusantara.com – Menteri Keuangan Ari, Sri Mulyani Indrawati buka suara terkait nilai tukar rupiah yang mengalami tekanan berat dalam beberapa waktu terakhir.
Diketahui, beberapa waktu terakhir Dolar Amerika Serikat (AS) sempat nyaris menembus level Rp17.000.
Salah satu yang menjadi perhatian yakni pada 9 April 2025 atau hari kedua perdagangan usai libur Lebaran 2025, dimana rupiah sempat menyentuh Rp16.950/US$ dan terus tertekan hingga titik terlemahnya pada Rp16.970/US$.
Secara rata-rata year to date (ytd) rupiah mencapai Rp16.443, sedikit di atas asumsi dalam APBN Rp16.000.
Sri Mulyani Indrawati mengatakan, hal ini terjadi karena ketidakpastian global meningkat, khususnya pada pasar keuangan saat suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) tidak turun seperti yang diharapkan.
Penurunan terhambat perkembangan tenaga kerja dan inflasi.
“Fed hati-hati menurunkan suku bunga, ini menyebabkan capital outflow ke AS dan dolar index menguat,” kata Sri Mulyani, Rabu (30/4/2025).
Dia menuturkan, situasi global semakin rumit setelah Presiden AS Donald Trump terpilih dan menerapkan kebijakan tarif impor yang agresif terhadap 70 negara mitra dagang sehingga menimbulkan sentimen negatif di pasar keuangan.
“Kita lihat movement nilai tukar rupiah kita Rp16.443/US$ dan Rp16.829/US$ lebih mencerminkan dinamika global dan tidak selalu sama identik dengan kondisi fundamental Indonesia,” ucap Sri Mulyani.
Discussion about this post