Suaranusantara.com- PT Sri Rejeki Isman, Tbk (PT Sritex) perusahaan textile yang berbasis di Sukoharjo, Jawa Tengah per 1 Maret 2025 lalu telah resmi tutup.
PT Sritex resmi tutup lantaran terlilit hutang yang membuatnya pailit. Hutangnya diketahui Rp.26,2 triliun.
Akibat pailit lantaran terlilit hutang Rp.26,2 triliun, PT Sritex mau tidak mau melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sepuluh ribu lebih karyawannya.
PT Sritex diketahui telah beroperasi selama 58 tahun sejak didirikan 1966 silam. Saat mengumumkan resmi tutup, bos dan karyawan melakukan perpisahan.
Dalam momen perpisahan itu, terjadi tangis haru di sana. Terlihat bos PT Sritex Iwan Lukminto terbata-bata mengingat kenangan manis di perusahaan textile yang didirikan oleh sang ayah. Haji Muhammad Lukminto alias H.M Lukminto
Di tengah kebangkrutan PT Sritex, Iwan Lukminto masih memiliki harta kekayaan melimpah. Sebagai informasi, dia merupakan pengusaha yang terkenal seantero Jawa Tengah bahkan di tingkat nasional.
Iwan diketahui memiliki banyak bisnis yang bukan hanya textile saja melainkan berbagai macam bidang.
Untuk lebih jelasnya, berikut sumber kekayaan Iwan Lukminto dan keluarganya:
1. Tekstil
Keluarga Lukminto memulai usaha tekstil melalui PT Sri Rejeki Isman (Sritex), yang didirikan pada 1966. Usaha ini berkembang pesat dan kini menjadi salah satu perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara.
2. Gedung Olahraga
Keluarga Lukminto juga memiliki Gedung Olahraga (GOR) Sritex di Solo. GOR ini menjadi lokasi utama untuk pertandingan bola voli, basket, dan acara olahraga lainnya.
GOR Sritex juga digunakan untuk acara yang melibatkan massa dan menjadi venue dalam berbagai event, seperti Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVII yang akan diadakan di Solo pada 2024.
3. Hotel
Keluarga Lukminto, melalui anak perusahaannya PT Wisma Utama Binaloka, memiliki sekitar sepuluh hotel yang tersebar di berbagai daerah, termasuk Solo, Yogyakarta, dan Bali.
Beberapa hotel yang mereka kelola antara lain Diamond Hotel, Grand Orchid, @Hom, Holiday Inn Express di Yogyakarta dan Bali, serta Horison dan Solo Mansion.
Selain itu, pada tahun 2013, PT Sri Rejeki Isman Tbk juga tercatat di Bursa Efek Indonesia sebagai perusahaan yang turut beroperasi di sektor perhotelan.
4. Museum
Tumurun Private Museum adalah museum pribadi yang dikelola oleh keluarga Lukminto di Surakarta. Museum ini memamerkan seni instalasi, seni kontemporer, lukisan, dan koleksi mobil antik.
Pendirian museum ini merupakan bentuk penghormatan kepada Lukminto, sang ayah, yang juga seorang kolektor seni. Awalnya museum ini hanya diperuntukkan bagi keluarga, namun kini telah dibuka untuk umum dengan sistem berbayar.
5. Industri Kertas
Selain bisnis tekstil, keluarga Lukminto juga memiliki jejak di industri kertas melalui PT Sriwahana Adityakarta Tbk (SWAT). Perusahaan ini memproduksi berbagai produk kertas, seperti karton box, paper tube, dan paper cone.
6. Investasi dan Grosir
Keluarga Lukminto juga terlibat dalam investasi dan perdagangan grosir melalui perusahaan Golden Legacy Pte Ltd dan Golden Mountain Textile, Trading Pte Ltd yang beroperasi di Singapura.
Perusahaan-perusahaan ini berfokus pada investasi dan perdagangan barang grosir, memperluas portofolio bisnis mereka ke sektor internasional.
Discussion about this post