Suaranusantara.com- Presiden RI Prabowo Subianto tengah mengutus tiga orang menteri Kabinet Merah Putih (KMP) untuk melakukan negosiasi tarif Trump.
Tiga menteri yang diutus Prabowo antara lain Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dan Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono.
Mereka tiga menteri diutus Prabowo untuk menyampaikan perihal negosiasi atas tarif Trump. Sebelumnya, Trump mengumumkan tarif timbal balik atau resiprokal ke Indonesia dengan dikenai 32 persen.
Indonesia pun akan mengirimkan proposal yang berisikan sejumlah penawaran menarik sebagai bentuk upaya negosiasi.
Hal itu dikatakan langsung oleh Airlangga usai menghadiri rapat terbatas bersama Prabowo pada Senin 7 April 2025.
“Pak Presiden menugaskan saya, Menlu (Sugiono) dan Menteri Keuangan (Sri Mulyani),” kata Airlangga Senin 7 April 2025.
Langkah negosiasi juga dilakukan oleh sejumlah negara ASEAN lainnya seperti Malaysia dan Singapura.
Airlangga menyebutkan Indonesia akan mendorong Perjanjian Kerangka Kerja Perdagangan dan Investasi (Trade and Investment Framework Agreements/TIFA) dengan Amerika Serikat.
Terlebih, kata Airlangga, sejak perjanjian tersebut ditandatangani pada 1996, ada banyak isu yang sudah tidak relevan lagi.
Menurut Airlangga, Presiden Prabowo Subianto memberi arahan agar Indonesia meningkatkan impor dari Amerika Serikat.
“Arahan Bapak Presiden adalah bagaimana delta dari impor ekspor kita yang bisa mencapai US$ 18 miliar diisi dengan produk-produk yang kita impor, termasuk gandum, kapas, bahkan juga produk minyak dan gas,” kata Airlangga.
Selain itu, kata Airlangga, Indonesia juga akan membangun beberapa Proyek Strategis Nasional (PSN), termasuk kilang minyak.
Kata Airlangga hal itu bisa menjadi salah satu komponen untuk kilang itu juga mungkin akan dibeli dari Amerika Serikat.
Peluang meningkatkan impor dari AS juga sejalan dengan data neraca perdagangan AS ke Indonesia yang masih defisit mencapai US$ 17,88 miliar pada tahun 2024.
Airlangga membeberkan, pemerintah akan meningkatkan impor dari AS utamanya produk agrikultur yang tidak dimiliki di Indonesia, yakni kedelai dan gandum.
Selain itu, pemerintah juga akan meningkatkan impor engineering product dan meningkatkan impor minyak dan gas (migas) dari AS.
“Pembicaraan dengan Menteri ESDM sesuai arahan Pak Presiden, kita juga disiapkan untuk membeli LPG dan Liquefied Natural Gas (LNG) atau gas alam cair, agar ada peningkatan (impor) dari Amerika,” ungkapnya.
Meski demikian, Airlangga memastikan peningkatan impor dari AS ini tidak menambah alokasi pembelian. Namun hanya peralihan impor dari negara lain, dan dialihkan impor barangnya dari produk AS.
“Ini tidak menambah (pembelian) tetapi realokasi pembelian, switch. Jadi tidak mengganggu APBN,” tandasnya.
Kata Airlangga, dalam penawaran tersebut, Indonesia akan meningkatkan komoditas impor dari AS yakni barang-barang yang masuk dalam top 10 yang selama ini terjali.
Discussion about this post