Suaranusantara.com- Presiden Prabowo Subianto mulai menunjukkan arah baru dalam kebijakan dagang Indonesia. Di tengah kebijakan proteksionisme global yang semakin kuat, Indonesia memilih jalan negosiasi dan keterbukaan ketimbang balas dendam tarif seperti negara lain.
Langkah ini dinilai Ketua Komisi VI DPR RI, Anggia Erma Rini, sebagai strategi dagang yang cerdas. Menurutnya, keputusan Prabowo untuk menghapus kuota impor bukan sekadar membiarkan barang asing membanjiri pasar lokal, melainkan bagian dari upaya tawar-menawar yang membuat posisi Indonesia makin diperhitungkan oleh negara mitra dagang, terutama Amerika Serikat.
“Ini adalah langkah negosiasi yang cerdas, bukan semata membuka kran impor tanpa kendali. Tapi ada strategi tawar-menawar yang bisa menempatkan Indonesia sebagai mitra dagang yang penting, bukan sekadar pasar,” ujar Anggia Erma Rini Rabu (9/4/2025).
Ia juga menilai pendekatan ini jauh lebih elegan ketimbang meniru langkah balasan seperti menerapkan tarif tinggi. Bagi Anggia, Indonesia sedang mengirim pesan bahwa pihaknya siap berbisnis dengan prinsip win-win solution, bukan saling menutup diri.
Selain itu, penghapusan kuota impor juga dipandang sebagai peluang untuk memudahkan para pelaku usaha dalam negeri dalam mengakses bahan baku industri. Anggia menyebut hal ini sebagai bentuk keberpihakan terhadap kepentingan nasional yang tetap berpijak pada realitas global.
“Ini adalah pesan politik dagang: Indonesia tidak bermain keras, tapi tidak juga pasif. Kita tidak bisa gegabah. Balas-membalas tarif bisa merugikan tenaga kerja kita, menekan ekspor, dan menciptakan gelombang PHK,” jelasnya
Discussion about this post