
Jakarta-SuaraNusantara
Jalan hidup manusia acapkali tidak bisa ditebak arahnya. Ungkapan itu dibuktikan sendiri kebenarannya oleh Alam Priyatna. Berniat melamar kerja sebagai security, dia malah diperbantukan di dapur. Sempat kaget karena merasa terperosok ke ‘alam’ yang berbeda, kini dia telah menjelma menjadi salah seorang juru masak (chef) handal di Kota Binjai, Sumatra Utara.
Alam dulunya bersekolah di SMAN 1 Binjai jurusan Biologi. Kemudian kuliah di Universitas Sumatera Utara (USU) jurusan antropologi. Tapi punya gelar sarjana tak lantas membuatnya mudah mendapatkan pekerjaan. Beragam profesi pun dia tekuni untuk menyambung hidup, hingga pada 2013 silam dia melamar sebagai security di Graha Kardopa Hotel, di Jl. Hasanudin, Kota Binjai, Sumatera Utara.
“Saya mulai profesi menjadi koki bisa dikata ‘terperosok’. Saat itu saya harus bekerja supaya bisa terus menghidupi keluarga. Awalnya ‘ngelamar jadi security, tak tahunya diperbantukan di dapur sebagai cook helper,” kata Alam saat dihubungi melalui selular, Jumat (30/03/2018).
Sebagai cook helper, setiap hari Alam bertugas membantu para cook atau juru masak dalam menyiapkan bahan-bahan yang akan diolah, seperti memotong daging, mengiris sayuran, membuat garnish dan sebagainya.
Berawal dari situ, Alam jadi tahu bagaimana cara menyiapkan bahan baku masakan secara benar. Bukan itu saja, karena sering memerhatikan para chef senior bekerja, lambat laun dia paham pula cara mengolah masakan.
Jalan hidup Alam pun berubah. Suatu hari, dia mulai dipercaya untuk memasak hidangan bagi tamu-tamu Graha Kardopa Hotel, hotel bintang 3 tempatnya bekerja. Lama kelamaan keahliannya meningkat, sehingga masakan hasil olahannya bisa memiliki cita rasa yang sangat khas.
“Saya terus tekuni pekerjaan ini, karena banyak orang bilang olahan saya punya cita rasa yang khas, itu membuat saya tambah bersemangat,” ujarnya.

Sadar bila dirinya tidak memiliki latar belakang pendidikan formal sebagai chef, Alam pun rajin bertanya pada juru masak yang lebih senior, dia juga rajin menyimak bacaan yang berkaitan dengan dunia kuliner.
Pria kelahiran Bandung 18 Februari ini sekarang telah mahir mengolah hidangan Nusantara dan Western. Serta tahu pula beberapa resep menu Chinese dan hidangan Asia lainnya. Salah satu hidangan andalannya adalah Thai Oxtail Salad.
“Tapi Thai Oxtail Salad buatan saya sudah dimodifikasi, disesuaikan dengan lidah masyarakat Indonesia,” katanya.
Modifikasi yang dia lakukan antara lain pada bahan baku daging. Bila resep aslinya menggunakan daging sapi, maka pada olahan Alam yang dipakai adalah buntut sapi. Kemudian sayuran yang digunakan pun tidak ada patokan khusus, tergantung bahan-bahan yang tersedia di dapur dan bisa disesuaikan dengan selera pemesan.
“Keistimewaan hidangan ini terletak pada sausnya. Rasa saus ini pula yang membedakan rasa Thai Oxtail Salad asli dengan modifikasi yang saya lakukan,” katanya.
Cara memasak hidangan ini terbilang sederhana, sebagaimana umumnya salad-salad lain. “Buntut sapi dimarined lalu digoreng. Tambahkan aneka sayuran, lalu siram dengan saus Thailand racikan sendiri,” katanya.
Namun Alam enggan menjelaskan secara rinci mengenai saus salad hasil modifikasi tersebut, karena menyangkut kerahasiaan dapur yang harus dijaga.

Butuh Passion Lebih
Menurut Alam, bekerja sebagai juru masak sebenarnya mudah dan bisa dilakukan semua orang. Namun butuh lebih dari sekadar passion untuk menjalankan profesi sebagai koki sejati.
Kalau sekadar bisa masak, kata Alam, semua orang bisa belajar masak, tapi profesi sebagai chef sangat butuh dedikasi dan kerja keras. Di situlah letak perbedaannya. Misalnya di hari-hari libur, seorang chef justru harus masuk kerja, karena di saat-saat itulah orang-orang datang ke restoran, termasuk saat akhir minggu.
“Itu butuh dedikasi. Itu juga butuh strong will. Tak heran banyak orang di dapur yang dianggap mengabaikan keluarga atau pacar,” katanya.

Di tempat kerjanya saat ini, Alam bekerja 12 jam sehari, 4 hari dalam seminggu. Beruntung bagi Alam, sang istri yang bernama Sri Yuliani, serta kedua buah hati mereka, Said Maulidina Andika dan Said Khairiza Aditya sangat mendukung profesinya saat ini.
Dengan penghasilan sekitar Rp 4 juta/bulan, Alam kini menyadari bahwa pekerjaan itu tidak harus sesuai dengan jurusan sekolah atau cita-cita.
“Yang terpenting adalah individu itu mau belajar, serta bisa mengapresiasi pekerjaan, jadi bukan hanya melihat profesi sebagai pekerjaan saja,” jelas Alam yang punya tagline ‘Good Taste Comes from The Magic of The Hand’. (Eka)