
Jakarta – Suara Nusantara
Kehadiran Facebook dengan “update status”-nya dan fitur yang membuat orang bisa chating dengan beberapa orang sekaligus membuat media sosial (Medsos) ini langsung digandrungi banyak orang.
Kemunculan Facebook inilah yang menjadi awal dimulainya era Media Sosial Modern dan menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan pengguna Facebook terbanyak di dunia.
Namun belakang ini, postingan-postingan di Facebook semakin diluar kontrol. Era kebebasan berekspresi disalahgunakan sebagian kalangan untuk menebar kebencian terhadap pihak lain.
Sebut saja, seorang dosen Universitas Indonesia (UI) Ade Armando yang dianggap kontroversial oleh sejumlah kalangan karena postingan-postingan di akun Facebook pribadinya yang dinilai kerap memojokkan ummat islam, utamanya menyangkut Imam Besar FPI, Habib Rizieq Syihab.
“Pernah dengar istilah ‘IQ Jongkok’?. Nah, ini pasti salah satu contohnya. Masak gara-gara sehelai rambut Rizieq Shihab, harus berurusan dengan umat Islam. Kalau rambut Rizieq rontok karena takdir Allah, gimana? Mau ribut dengan Allah?,” tulis Ade Armando dalam salah satu status di akun Facebook pribadinya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Pusat Penelitian (P3M) Sekolah Pascasarjana Universitas Nasional (UNAS), Robi Nurhadi mengatakan, pernyataan Ade tentang Habib Rizieq maupun para ulama yang cenderung memojokan ini sebenarnya dipengaruhi karena keterbatasan pengatahuan atau bahkan sentiment negatif terhadap pimpinan FPI tersebut.
“Jadi, Ia memiliki motif tertentu yang di mata Habib Rizieq dan pendukungnya akan dilihat negatif,” jelas Robi saat dihubungi Suara Nusantara, Kamis (2/2/2017).
Bahkan labih jauh lagi kata Robi kicauan Ade merupakan sikap “gagal faham” terhadap Habib Rizieq dan ulama’ sehingga tidak pernah menaruh respek terhadap orang lain.
“Kan sebenarnya bisa mengkritik dengan tetap menaruh rasa hormat kepada yang dikritik,” imbuh pria yang juga dosen di UNAS tersebut.
Dikatakan Robi, kegagalan dalam membangun saling respek hanya akan menyeret Ade atau siapapun yang melakukan hal yang sama ke pusaran konflik.
Dalam konteks demokrasi imbuh dia, mestinya ekspresi Habib Rizieq dan para ulama’ juga dihormati oleh siapapun termasuk Ade sekalipun bersabrangan.
“Kalau kita ingin dihormati maka kita juga harus menghormati orang lain atau menghormati prinsip atau aturan yang melegalkannya,” tukas Robi. (Has)