Suara Nusantara.com– Prabowo Subianto telah resmi ditetapkan sebagai presiden terpilih 2024-2029 oleh KPU RI.
Dan nanti pada 20 Oktober 2024, Prabowo bersama wakilnya yaitu Gibran Rakabuming Raka akan dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia menggantikan Joko Widodo atau Jokowi-Ma’ruf Amin.
Usai dilantik sebagai Presiden RI, Prabowo akan mulai mengemban amanah atas negeri ini dan berbagai macam persoalan bakal dihadapinya selama lima tahun ke depan.
Yang menarik persoalan di negeri ini salah satunya perekonomian Indonesia.
Direktur Asian Development Bank (ADB) untuk Indonesia, Jiro Tominaga pun memprediksi perekonomian Indonesia pada awal pemerintahan Prabowo.
Menurut Jiro, perekonomian Indonesia diprediksi bakal terus tumbuh meskipun menghadapi risiko global, termasuk dampak dari kenaikan suku bunga global dan ketegangan geopolitik internasional.
“Indonesia diperkirakan akan mempertahankan pertumbuhan ekonomi dengan proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 5 persen pada tahun 2024 dan 2025, serta tingkat inflasi sebesar 2,8 persen pada kedua tahun tersebut,” ujar Jiro di Jakarta pada Selasa 21 Mei 2024.
Menurut Jiro, proyeksi pertumbuhan ekonomi ini didorong oleh kuatnya konsumsi swasta, belanja infrastruktur publik, dan peningkatan investasi secara bertahap.
Selain mengalami pertumbuhan, Jiro tak memungkiri juga adanya risiko penurunan.
Meskipun pemilihan umum (pemilu) pada Februari 2024 meningkatkan kepercayaan dunia usaha dan mendorong peningkatan investasi serta konsumsi.
Hal risiko penurunan dikarenakan tekanan depresiasi rupiah yang terus-menerus dapat memaksa Bank Indonesia (BI) untuk memperketat likuiditas, yang berpotensi berdampak negatif pada permintaan domestik.
Lalu risiko penurunan lainnya adalah, permintaan global mungkin melemah akibat ketegangan geopolitik dan gejolak pasar keuangan.
Dan kemungkinan bisa mengurangi kontribusi ekspor neto terhadap aktivitas perekonomian.
Selain hal-hal tersebut di atas, faktor-faktor lain seperti tingginya suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) yang berkepanjangan.
Serta, guncangan terkait perubahan iklim dapat mengganggu rantai nilai global dan memperburuk kondisi perdagangan.
Sebelumnya, Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, pemerintah selalu menyiapkan skenario untuk meredam dampak gejolak geopolitik global ke perekonomian Indonesia terutama bagi sektor riil.
Airlangga mengatakan, sejauh ini potensi eskalasi antara Iran dan Israel belum terlihat signifikan.
Dan pemerintah Indonesia juga masih mencermati perkembangan arah gejolak geopolitik di antara dua negara itu.
Airlangga juga menerangkan bahwa pernyataan yang dikeluarkan para pemimpin dunia sejauh ini cenderung sama, yaitu ingin menghindari eskalasi.
Menurut Airlangga, investor memiliki tingkat kepercayaan yang baik terhadap ketahanan ekonomi Indonesia.
Dan diperkirakan perekonomian nasional juga tetap tumbuh di kisaran 5 persen pada tahun ini.
“Indonesia jauh di atas perkembangan ekonomi global (yang diperkirakan tumbuh 3,2 persen pada 2024). Ekonomi global diperkirakan flatten atau tetap, sedangkan Indonesia 5,1 persen di 2025. Negara berkembang pun rata-rata (ekonomi tumbuh) di 4,2 persen,” bebernya.
Discussion about this post