Suaranusantara.com- Satryo Soemantri Brodjonegoro tengah menjadi perbincangan hangat lantaran sebelumnya beredar kabar dirinya kena reshuffle kabinet oleh Presiden RI Prabowo Subianto.
Diketahui Satryo Soemantri Brodjonegoro mengemban tugas sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendiktisaintek) sejak 21 Oktober 2024 lalu. Itu artinya dia baru menjabat sebagai menteri sekitar empat bulan.
Ditanya soal reshuffle kabinet, Satryo Soemantri Brodjonegoro mengatakan bahwa dirinya pada Rabu pagi 19 Februari 2025 telah menyerahkan surat pengunduran diri ke Sekretariat Negara (Setneg).
Satryo Soemantri Brodjonegoro mengatakan dirinya lebih baik memilih mundur daripada diberhentikan.
Dia mengaku alasan mengundurkan diri dari Mendiktisaintek lantaran kinerjanya selama ini tidak sesuai dengan harapan pemerintah Prabowo.
“Alasan utamanya karena saya sudah bekerja keras selama 4 bulan ini. Namun karena mungkin tidak sesuai dengan harapan dari Pemerintah, ya saya lebih baik mundur daripada diberhentikan,” ujar Satryo saat ditemui di Gedung D Kemendikti, Jl Pintu Satu Senayan, Jakarta pada Rabu 19 Februari 2025.
Posisinya kini digantikan oleh Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof Brian Yuliarto.
Lantas bagaimana profil dari Satryo Soemantri Brodjonegoro yang lebih memilih mundur dari Mendiktisaintek dibanding dipecat?
Satryo merupakan ilmuwan dan akademisi terkemuka Indonesia yang lahir di Delft, Belanda pada 5 Januari 1956.
Satryo Soemantri Brodjonegoro mengawali perjalanan pendidikan tinggi yang gemilang.
Ia meraih gelar Ph.D. di bidang Teknik Mesin dari University of California, Amerika Serikat, yang kemudian membuka jalannya untuk berkarier di dunia akademik.
Setelah menyelesaikan pendidikan, ia bergabung dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia, dan memulai kontribusinya dalam dunia pendidikan tinggi di tanah air.
Kariernya di dunia pendidikan dimulai dengan perannya sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin ITB pada tahun 1992.
Di sini, ia memulai implementasi proses self evaluation pada jurusan tersebut, sebuah langkah yang kemudian diadopsi oleh ITB dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Upayanya dalam meningkatkan kualitas pendidikan tinggi melalui reformasi dan pembaharuan terus berlanjut sepanjang kariernya.
Selain menjadi akademisi di ITB, Satryo juga menjabat sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) pada periode 1999-2007.
Selama masa jabatannya, ia berperan besar dalam merancang kebijakan pendidikan tinggi yang dapat meningkatkan mutu dan daya saing perguruan tinggi Indonesia.
Pengalaman luasnya dalam mengelola pendidikan tinggi turut mendukung kapasitasnya sebagai menteri yang dipercaya mengelola sektor pendidikan tinggi dalam Kabinet Merah Putih.
Satryo Soemantri juga aktif dalam kegiatan ilmiah dan penelitian. Bahkan diketahui dia telah menghasilkan lebih dari 99 publikasi ilmiah, menjadikannya sebagai salah satu ilmuwan terkemuka di Indonesia.
Karya-karyanya tidak hanya berfokus pada pengembangan bidang teknis mesin, tetapi juga memberikan kontribusi penting dalam reformasi pendidikan tinggi.
Satryo ternyata tidak hanya berkarier di Indonesia, dia juga mengembangkan jejaring internasional dengan menjadi dosen tamu di Toyohashi University of Technology, Jepang.
Ia turut berkontribusi dalam pengajaran dan penelitian di bidang teknik mesin di universitas terkemuka tersebut.
Lebih lanjut, Satryo juga menjabat sebagai Ketua dan Anggota Komisi Bidang Ilmu Rekayasa di Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI).
Di sini, ia memberikan pandangan serta arahan terkait pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia, khususnya dalam bidang rekayasa.
Meskipun keputusan pengunduran dirinya sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi datang setelah hanya empat bulan menjabat, perjalanan kariernya yang panjang dan kontribusinya dalam dunia akademik tidak dapat dipandang sebelah mata.
Sebagai ilmuwan, pendidik, dan pemimpin, Satryo tetap menjadi teladan dalam dunia pendidikan di Indonesia, yang selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas dan daya saing pendidikan tinggi di tanah air.
Discussion about this post