Suaranusantara.com – Teknologi baterai untuk kendaraan listrik terus berkembang seiring dengan meningkatnya permintaan pasar.
Salah satu teknologi baterai yang kini mulai dilirik oleh produsen mobil listrik adalah LFP (lithium ferro-phosphate) yang tidak menggunakan nikel sebagai bahan bakunya.
LFP merupakan salah satu jenis baterai lithium-ion yang menggunakan besi dan fosfat sebagai katoda. Baterai ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan baterai lithium-ion lainnya yang menggunakan nikel, kobalt, atau mangan sebagai katoda.
Kelebihan baterai LFP antara lain adalah lebih murah, lebih aman, lebih tahan lama, dan lebih ramah lingkungan. Baterai LFP juga tidak mudah terbakar atau meledak jika terjadi korsleting atau panas berlebih.
Selain itu, baterai LFP tidak membutuhkan nikel yang merupakan bahan baku yang langka dan mahal.
Kekurangan baterai LFP adalah memiliki kepadatan energi yang lebih rendah dibandingkan baterai lithium-ion berbasis nikel.
Hal ini berarti baterai LFP membutuhkan ruang yang lebih besar untuk menyimpan energi yang sama. Baterai LFP juga memiliki performa yang lebih rendah di suhu dingin.
Meski demikian, baterai LFP dinilai cocok untuk kendaraan listrik yang ditujukan untuk pasar menengah yang mengutamakan harga dan keamanan.
eberapa produsen mobil listrik dunia seperti Tesla, Ford, BYD, dan Wuling telah menggunakan baterai LFP untuk beberapa model kendaraan listrik mereka.
Di Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggalakkan program hilirisasi nikel sebagai salah satu bahan baku baterai lithium-ion untuk kendaraan listrik.
Namun, calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menanyakan sikap calon wakil presiden nomor urut 1 Muhaimin Iskandar (Cak Imin) soal baterai LFP yang tidak membutuhkan nikel dari Indonesia.
“Paslon nomor 1 dan tim suksesnya sering menggaungkan LFP, lithium ferrophosphate, saya enggak tahu ini Paslon 01 ini anti nikel atau gimana, mohon dijelaskan?” kata Gibran saat debat cawapres kedua, Minggu (21/1/2024).
Cak Imin menjawab bahwa pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar mengedepankan etika lingkungan dalam setiap kebijakan yang menyangkut sumber daya alam, termasuk nikel. Cak Imin juga mengkritik etika debat Gibran yang menggunakan istilah-istilah spesifik yang tidak mudah dipahami oleh masyarakat.
Discussion about this post