
Jakarta-SuaraNusantara
Politikus PDI Perjuangan, Masinton Pasaribu, menyebut ada dua pimpinan DPR RI yang turut serta dalam aksi massa bela Islam jilid 2, Jumat (4/11/2016) kemarin. Menurutnya, orasi kedua pimpinan DPR tersebut bernama provokatif. Meski tidak menyebut nama, namun kemungkinan besar Fahri Hamzah dan Fadli Zon.
“Orasi politik dua orang itu dalam aksi kemarin lebih memperovokasi massa yang berada di depan Istana Negara Jakarta,” kata Masinton, dalam diskusi di Cikini, Jakarta, Sabtu pagi (5/11/2016).
Anggota Komisi III DPR ini sangat setuju dengan pernyataan Presiden Joko Widodo bahwa aksi kemarin yang berujung rusuh telah ditunggangi oleh pihak tertentu.
“Jelas kita melihat aksi tangal 4 November kemarin ada yang tiba-tiba menjadi victim dan heroik dalam aksi itu. Mengobarkan aksi, terus ada yang mengatakan ada dua cara menurunkan pemerintahan. Itu kan jelas fakta-faktanya,” katanya.
Ditunggangi Kelompok Anti Pancasila
Di lain tempat, Ketua Umum Kiai Muda Indonesia, Gus Wahyu NH Aly, dalam keterangan persnya, Sabtu (5/11/2016) siang mengatakan, demonstrasi Aksi Bela Islam II yang berujung kerusuhan di Jakarta kemarin ditunggangi pihak yang anti Pancasila, anti Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan memiliki kepentingan politik.
Demo kemarin itu, baik dari yang ikut meramaikan maupun yang orasi, terlihat di antara mereka ada yang anti Pancasila dan NKRI. Antara isu yang dibawa dengan memanggungkan anti NKRI melalui aksi demo kemarin, saya rasa tidak berimbang,” tegasnya.
Cucu KH. Abdullah Suradj Aly ini pun berharap, tokoh agama Islam di Indonesia bisa menampilkan kesejukan agama Islam. Ia meminta, agar para tokoh muslim Indonesia jangan membawa budaya ekstremisme Timur Tengah ke Indonesia. Katanya, ekstremisme di Timur Tengah telah membuat puluhan ribu umat Islam murtad serta ratusan ribu umat Islam hidup dalam kesulitan dan ketidak-damaian.
Puluhan ribu umat Islam di sana hidup dalam ketakutan pada pemimpin Islam, ketakutan pada ulamanya sendiri, sampai mereka lari mencari suaka ke negara-negara Eropa dengan menggadaikan akidah. Jangan ulama di Indonesia mencontoh ulama yang begitu-gitu yang di sana, tapi mustinya ajak ulama yang di sana untuk mengaji dengan ulama di Indonesia,” pungkasnya. (fajar)