Suaranusantara.com – Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Tengah 2024 menghadirkan kejutan besar. Berdasarkan hasil hitung cepat dua lembaga survei, pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen, yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus, unggul signifikan atas pasangan Andika Perkasa-Hendrar Prihadi dari PDIP.
Hasil ini menandai kemungkinan berakhirnya dominasi PDIP di Jawa Tengah, yang telah bertahan sejak Pilkada langsung pertama kali digelar pada 2008.
Hasil Hitung Cepat
Lembaga Survei Indonesia (LSI) mencatat Luthfi-Taj Yasin meraih 59,38 persen suara, sedangkan Andika-Hendrar hanya mendapatkan 40,62 persen dengan total suara masuk 100 persen.
Sementara itu, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mencatat hasil serupa, dengan Luthfi-Yasin unggul 59,12 persen dibandingkan 40,88 persen untuk Andika-Hendrar.
Meski hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih dinanti, gambaran ini menunjukkan potensi perubahan besar dalam peta politik Jawa Tengah.
Akhir Dominasi PDIP di Jawa Tengah
Sejak 2008, PDIP selalu menjadi pemenang di Pilgub Jawa Tengah. Pada 2008, pasangan Bibit Waluyo-Rustiningsih yang diusung PDIP memenangkan Pilgub.
Dominasi PDIP berlanjut dengan dua periode kepemimpinan Ganjar Pranowo pada 2013-2018 dan 2018-2023.
Kekalahan Andika-Hendrar mengejutkan banyak pihak, termasuk pengamat politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati. Ia menyebut kekalahan ini menjadi sinyal penting bagi PDIP untuk mengevaluasi kinerja mesin politiknya di Jawa Tengah.
“Selama ini PDIP dikenal sangat solid di Jawa Tengah. Kekalahan ini menjadi tanda tanya besar mengapa mesin partai PDIP melemah di wilayah yang menjadi basis utamanya,” ujar Wasisto.
Pengaruh Jokowi dalam Kemenangan Luthfi-Taj Yasin
Kemenangan Luthfi-Taj Yasin tak lepas dari peran besar Presiden ke-7 RI, Joko Widodo. Dalam beberapa minggu terakhir, Jokowi secara aktif turun ke lapangan mendampingi pasangan ini berkampanye.
Menurut Wasisto, intensitas Jokowi di Jawa Tengah berhasil mengubah preferensi pemilih, termasuk sebagian besar pendukung PDIP, untuk mendukung Luthfi-Taj Yasin.
“Jokowi masih memiliki pengaruh sangat kuat di Jawa Tengah meskipun sudah tidak lagi menjabat sebagai presiden. Ini membuat perpindahan suara cukup signifikan,” jelasnya.
Senada dengan itu, peneliti senior Populi Center, Usep S. Ahyar, menyebut langkah Jokowi sebagai titik balik kemenangan Luthfi-Taj Yasin. “Ketika Jokowi memutuskan untuk turun tangan, tren elektabilitas Luthfi-Yasin yang sebelumnya stagnan langsung terdongkrak signifikan,” katanya.
Peran Taj Yasin dan Pemilih Muslim
Faktor lain yang memperkuat kemenangan pasangan ini adalah kemampuan mereka menguasai segmen pemilih muslim di Jawa Tengah, terutama melalui sosok Taj Yasin yang dianggap representasi kuat pemilih religius.
“Peran Taj Yasin sangat vital dalam mengonsolidasikan suara pemilih muslim di Jawa Tengah. Sebaliknya, Andika-Hendrar gagal memecah dominasi suara di segmen ini,” tambah Wasisto.
Ahmad Khoirul Umam, Dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina, menambahkan bahwa karakter pemilih di kawasan pantai utara (Pantura) yang didominasi masyarakat santri lebih condong pada pasangan dengan komposisi nasionalis-santri seperti Luthfi-Taj Yasin.
Discussion about this post