Suaranusantara.com– Suswono, mantan Menteri Pertanian, mengklarifikasi pernyataannya yang menimbulkan kontroversi di media sosial, terkait ungkapan “janda kaya menikahi pengangguran.”
Pernyataan tersebut sempat menjadi bahan perbincangan hangat di kalangan masyarakat dan menuai beragam reaksi. Suswono menjelaskan bahwa kalimat itu bukan dimaksudkan untuk merendahkan atau menyinggung siapa pun, melainkan sebagai perumpamaan untuk membahas kesenjangan ekonomi dalam masyarakat.
Dalam diskusi yang dihadiri Suswono, ia mengungkapkan pentingnya kerja keras dan keadilan sosial dalam membangun perekonomian. Ketika menjelaskan soal ketimpangan ekonomi, Suswono menggunakan analogi “janda kaya menikahi pengangguran” untuk menggambarkan kontras ekonomi dalam hubungan sosial. Namun, kalimat tersebut disalahpahami oleh sejumlah pihak sebagai sindiran atau penghinaan, khususnya terhadap status sosial tertentu.
Penjelasan dan Klarifikasi Suswono
Merespons pro-kontra yang timbul, Suswono memberikan pernyataan resmi melalui wawancara dengan media. “Saya tidak bermaksud menyinggung pihak mana pun dengan analogi tersebut. Maksud saya adalah menunjukkan adanya ketimpangan sosial yang cukup tajam di masyarakat kita, dan ini adalah persoalan yang perlu mendapat perhatian bersama,” tegas Suswono.
Ia menambahkan bahwa analogi tersebut semata-mata adalah contoh yang bertujuan untuk menggambarkan bagaimana ketidakseimbangan ekonomi terjadi, tanpa mengurangi rasa hormat terhadap status siapa pun. “Saya paham bahwa kalimat itu bisa dipahami berbeda-beda, dan saya meminta maaf jika ada yang merasa tersinggung atau salah memahami maksud saya,” lanjutnya.
Reaksi Masyarakat dan Tanggapan Netizen
Pernyataan tersebut memicu berbagai reaksi di media sosial, dengan banyak yang menilai pemilihan kata-kata Suswono kurang tepat. Beberapa netizen menganggap perumpamaan itu tidak sensitif terhadap realitas sosial yang dihadapi banyak orang. Ada yang berkomentar bahwa istilah “janda kaya” dan “pengangguran” bisa membentuk stereotip negatif yang tidak perlu.
“Sebagai publik figur, sebaiknya lebih berhati-hati dalam memilih perumpamaan, apalagi yang terkait dengan status sosial seseorang. Kalimat ini berpotensi menimbulkan stigma,” tulis seorang netizen di Twitter.
Namun, ada pula yang memahami konteks pernyataan Suswono sebagai upaya untuk menyampaikan masalah ketimpangan ekonomi yang terjadi di masyarakat. Beberapa pendukung Suswono menyatakan bahwa analogi tersebut hanyalah ilustrasi untuk menyederhanakan pemahaman isu sosial yang kompleks.
Pandangan Para Ahli
Menanggapi polemik tersebut, beberapa sosiolog dan pakar komunikasi turut berpendapat. “Analoginya memang kontroversial, tapi saya yakin ini tidak bertujuan untuk menyinggung atau merendahkan. Suswono sebaiknya lebih selektif dalam memilih analogi yang sensitif secara budaya dan sosial, terutama saat membicarakan isu publik,” ujar Dr. Andi Wibowo, sosiolog dari Universitas Indonesia.
Sementara itu, pakar komunikasi sosial, Dr. Nurul Mawarni, mengatakan bahwa pernyataan publik figur sering kali rentan disalahpahami. “Menyampaikan isu sensitif, apalagi soal ekonomi dan ketimpangan sosial, memang perlu pendekatan yang lebih bijak agar pesan yang ingin disampaikan tidak tertutupi oleh kontroversi yang tidak perlu,” ujarnya.
Discussion about this post