Gunungsitoli – SuaraNusantara
Gunungsitoli, kota kecil di pesisir timur salah satu pulau terluar Indonesia, Pulau Nias. Kota ini bagaikan padang datar memanjang dan dikelilingi perbukitan. Sebelah timurnya berhadapan dengan laut Selat Sibolga.
Sebenarnya, kesibukan khas wilayah perkotaan hanya ada di pusat kota. Selebihnya masih bernuansa pedesaan, dimana pepohonan rindang masih terdapat.
Tujuh kilometer dari pusat Kota Gunungsitoli, terdapat “Tögi Laowömaru”, sebuah goa yang konon merupakan tempat tinggal seorang sakti mandraguna bernama Laowömaru.
Mitosnya, tidak ada orang yang mampu mengalahkan Laowömaru, sebelum kekasihnya membocorkan sumber kekuatannya kepada musuh-musuhnya.
Ia banyak musuh, karena selalu menjarah isi kapal yang hendak bersandar ke Nias. Pernah sekali, ia dibantu anaknya mencoba menyatukan Pulau Nias dengan daratan Pulau Sumatera. Namun gagal, karena saat menarik Pulau Nias, anak Laowömaru menoleh ke belakang.
Goa ini berada tepat di sisi jalan. Diameter lubang pintu masuknya hanya muat satu orang dewasa. Mitosnya lagi, di dalam goa ini terdapat begitu banyak harta karun hasil jarahan Laowömaru.
Kota Gunungsitoli terdiri dari enam kecamatan dan desa berjumlah ratusan. Kebanyakan desa di kota ini masih memiliki rumah adat, dan yang terbanyak ada di Desa Tumöri Kecamatan Gunungsitoli Barat, sekitar tiga kilometer dari pusat kota.
Di kota bermotto Samaeri ini, dihuni oleh penduduk multietnis dan agama. Ada etnis Nias, Minang, Bugis, Aceh, Tionghoa, dan Batak. Agama yang dipeluk juga beragam, antara lain Kristen, Katolik, Islam, dan Budha.
Namun, kerukunan begitu terjalin di sini. Masyarakatnya hidup membaur satu sama lain. Tak pernah terjadi gesekan karena unsur SARA.
Sejak dulu, Gunungsitoli sudah menjadi pintu gerbang masuk Pulau Nias. Dari saudagar, pembawa agama, sampai tentara Belanda dan Jepang, masuk melalui kota kecil ini. Hal itu menjadikan Gunungsitoli daerah tersiap menerima kunjungan segala jenis pendatang, termasuk para wisatawan nusantara dan mancanegara.
Kontributor : Dohu Lase