Jakarta-SuaraNusantara
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mendorong perusahaan-perusahaan Korea Selatan untuk berinvestasi di sektor e-commerce. Upaya ini dalam rangka memacu pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) di Indonesia.
“Kami telah meluncurkan program e-smart IKM. Langkah ini sekaligus menghadapi era Industri 4.0,” ujar Menperin Airlangga ketika menjadi pembicara pada The 8th Asian Leadership Conference dengan tema Invest in Indonesia: Nation of Abundant Natural and Human Resources di Seoul, Korea Selatan, beberapa waktu lalu.
Airlangga memaparkan, pihaknya telah menyiapkan empat langkah strategis agar Indonesia siap mengimplementasikan teknologi dan inovasi yang mendukung revolusi industri keempat.
“Pertama, pengembangan human resources lewat vocational school. Kedua, pemanfaatan teknologi digital untuk memacu produktivitas dan daya saing bagi industri kecil dan menengah (IKM) melalui e-Smart IKM,” sebutnya.
Kemudian, ketiga, penggunaan teknologi digital seperti Big Data, Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud, dan Augmented Reality. Keempat, inovasi teknologi melalui pengembangan startup dengan memfasilitasi tempat inkubasi bisnis.
“Kami menyadari kekuatan ekonomi Korea Selatan ada pada inovasi. Kami sjuga ebentar lagi punya apple innovation center dan beberapa perusahaan juga tertarik untuk membangun pusat inovasinya,” ungkap Airlangga.
Lebih lanjut Airlangga mengatakan, Lotte ingin mengubah tujuan utama pasar ekspornya. Tidak lagi ke Tiongkok karena persaingan dengan produk domestiknya cukup tinggi, tetapi ke Indonesia yang dipandang potensial.
“Kami juga telah mengusulkan agar perusahaan kosmetika Korea Selatan bisa ekspansi ke Indonesia, misal untuk proses packaging,” ujarnya.
Bahkan, Lotte berminat untuk berbisnis di sektor keuangan. “Hal ini bisa dilakukan melalui approval dari financial authority. Paling mudah lewat multi finance. Kami pun menawarkan mereka untuk ambil peluang di startup bila ingin membangun financial company, seperti yang dilakukan perusahaan Jepang, misalnya Softbank,” paparnya.
Dalam upaya mendukung industrialisasi di Indonesia, menurut Airlangga,Kementerian Perindustrian tengah giat membangun pendidikan vokasi yang memiliki konsep link and match antara pelaku industri dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
“Indonesia saat ini sampai 10 tahun ke depan masih akan menikmati bonus demografi, di mana mayoritas penduduknya berada pada usia produktif,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Kemenperin telah menggandeng sebanyak 117 perusahaan untuk menandatangani perjanjian kerja sama dengan 389 SMK dalam upaya menjalankan program pendidikan vokasi industri di wilayah Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta. Program ini merupakan kelanjutan dari yang telah diluncurkan di Mojokerto, pada 28 Februari 2017 dengan melibatkan sebanyak 50 perusahaan dan 234 SMK di Jawa Timur.
“Program pendidikan vokasi industri akan diluncurkan lagi secara bertahap, di provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten, serta di Sumatera dan wilayah Indonesia lainnya,” sebut Airlangga.
Pada periode 2017-2019, Kemenperin merancang sejumlah kegiatan untuk menyiapkan tenaga kerja industri tersertifikasi sebanyak 1.040.552 orang. Selain melalui pembinaan dan pengembangan SMK yang link and match dengan industri, juga dilaksanakan Diklat 3in1 (pelatihan-sertifikasi-penempatan kerja), pemagangan industri, serta sertifikasi kompetensi. Implementasi program-program tersebut dikolaborasikan dengan berbagai pemangku kepentingan terkait seperti Kadin, Kemenristekdikti, dan Kemenaker.
Penulis: Yono D