Suaranusantara.com – Masyarakat melakukan berbagai bentuk solidaritas untuk mendukung Palestina yang sedang berjuang melawan penjajahan Israel.
Salah satu bentuk solidaritas yang dilakukan adalah dengan memboikot produk-produk yang dianggap pro Israel. Hal ini diharapkan bisa mendorong terciptanya perdamaian Israel dan Palestina.
Selain itu, pemboikotan ini juga dianggap bisa membantu meningkatkan daya saing produk-produk lokal, khususnya produk UMKM karena banyak masyarakat yang saat ini lebih memilih menggunakan produk lokal daripada produk impor yang dianggap pro Israel.
Namun, menurut Gigih Prihantono, Pengamat Ekonomi Universitas Airlangga, gerakan pemboikotan produk pro Israel oleh masyarakat ini mungkin hanya berpengaruh sedikit dari sisi ekonomi.
Menurutnya, gerakan ini masih belum terlalu luas sehingga pengaruhnya tidak terlalu signifikan.
Baca Juga : Pria di Blitar Berusia 73 Tahun Tega Aniaya Istri Hingga Tewas karena Cemburu
“Berpengaruhnya mungkin berpengaruh tapi tidak terlalu besar. Ini kan hanya tekanan politik saja sebenarnya, karena sampai ke level boikot itu saya nilai hanya beberapa persen. Kalau saya lihat mungkin hanya 5-10%,” ucap Gigih.
Gigih menambahkan bahwa gerakan pemboikotan produk pro Israel oleh masyarakat, terutama di wilayah Surabaya dan Jawa Timur, masih belum terlalu masif sehingga pengaruhnya untuk bisa meningkatkan permintaan terhadap produk-produk lokal termasuk produk UMKM masih belum terlalu besar.
“Produk lokalnya mungkin bisa terangkat, tapi seberapa besar kenaikannya itu masih dipertanyakan. Bisa muncul demand tapi mungkin juga nggak terlalu besar,” tutup Gigih.(Dn)
Discussion about this post