Suaranusantara.com – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bertemu pada Kamis (30/11/2023) untuk membahas situasi di Gaza, Palestina, yang terus mengalami konflik bersenjata antara Israel dan kelompok teroris Hamas.
Pertemuan ini merupakan bagian dari perjalanan Blinken ke Timur Tengah untuk menjalin kerjasama dengan negara-negara tetangga.
Blinken mengatakan bahwa AS mendukung hak Israel untuk membela diri dari serangan Hamas, tetapi juga menekankan pentingnya mempertimbangkan keselamatan warga sipil di Gaza dan menghentikan pembalasan yang berlebihan. Blinken juga mengajak Netanyahu untuk mengubah strategi militernya agar lebih efektif dan efisien dalam menangani ancaman Hamas.
“Kami ingin memastikan bahwa Israel dapat melindungi dirinya dari serangan Hamas tanpa harus membunuh warga sipil di Gaza. Kami juga ingin memastikan bahwa Israel dapat mencapai tujuan politiknya dalam menyelesaikan konflik ini secara damai,” kata Blinken dalam sebuah pernyataan pers.
Netanyahu mengucapkan terima kasih kepada Blinken atas dukungan AS dan menegaskan komitmen Israel untuk melanjutkan operasi militernya hingga menghancurkan Hamas sepenuhnya. Netanyahu juga menyampaikan bahwa Israel telah melakukan operasi militer yang paling selektif dan proporsional dalam sejarahnya.
“Kami telah melakukan operasi militer yang paling selektif dan proporsional dalam sejarah kami. Kami telah menghancurkan ribuan militan dan ratusan komandan Hamas. Kami tidak akan memberi kesempatan kepada mereka untuk kembali ke kuasa,” kata Netanyahu.
Pertemuan antara Blinken dan Netanyahu juga dihadiri oleh beberapa pejabat tinggi lainnya, seperti Menteri Pertahanan Israel Yoav Galant, Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Charles Q. Brown Jr., Presiden Israel Isaac Herzog, dan Wakil Presiden AS Kamala Harris.
Pertemuan ini merupakan bagian dari upaya diplomatis AS untuk menyelesaikan konflik di Gaza yang telah berlangsung sejak Oktober 2023. Konflik ini bermula ketika Hamas melancarkan serangan lintas batas ke wilayah Israel dengan menggunakan rudal khusus Qassam. Serangan ini memicu balasan keras dari Israel dengan melakukan serangan udara dan darat ke wilayah Gaza.
Serangan-serangan ini telah menewaskan ribuan orang di kedua belah pihak, termasuk warga sipil Palestina. Banyak organisasi internasional, seperti PBB, Uni Eropa, Uni Arab, dan lain-lain, telah meminta kedua belah pihak untuk berhenti merusak infrastruktur vital di Gaza dan membuka jalur bantuan kemanusiaan.
Namun hingga saat ini belum ada tanda-tanda penyelesaian konflik ini. Kedua belah pihak masih bersikeras dengan posisi mereka masing-masing dan tidak mau mundur atau bernegosiasi secara langsung.
Discussion about this post