Suaranusantara.com – Setelah dua abad berpegang teguh pada netralitas dan dua tahun perundingan diplomatik, Swedia kini resmi menjadi anggota ke-32 dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pada Kamis, 7 Maret 2024. Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyebut momen ini sebagai hari yang “bersejarah” bagi aliansi tersebut .
Proses aksesi Swedia ke NATO telah selesai, di mana Perdana Menteri (PM) Ulf Kristersson menyerahkan dokumen akhir selama kunjungannya ke Washington.
Dalam unggahan resmi di media sosial, PM Swedia menegaskan komitmen untuk persatuan, solidaritas, dan berbagi tanggung jawab, serta mematuhi nilai-nilai Perjanjian Washington: kebebasan, demokrasi, hak asasi individu, dan supremasi hukum.
Presiden AS, Joe Biden, menyambut Swedia sebagai anggota terbaru aliansi ini dan menyatakan bahwa keamanan trans-Atlantik akan semakin kuat.
Bendera Swedia diperkirakan akan dikibarkan di markas besar NATO di Brussels, Belgia, pada Senin, 11 Maret 2024.
Keanggotaan Swedia di NATO menjadi relevan terutama mengingat ekspansi aliansi ini di tengah ketegangan akibat invasi Rusia ke Ukraina.
Pemimpin Rusia, Vladimir Putin, telah membenarkan perang di Ukraina dan mengklaim bahwa NATO telah berjanji tidak akan memperluas wilayah setelah Perang Dingin. Namun, perjanjian semacam itu tidak pernah dibuat.
Dalam konteks ini, Swedia dan Finlandia juga telah bergabung dengan NATO sebagai respons terhadap situasi geopolitik yang semakin kompleks.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyambut keanggotaan Swedia dan menyatakan bahwa negaranya kini “lebih terlindungi dari ancaman Rusia.” Meskipun Ukraina telah mengajukan permohonan untuk menjadi anggota NATO pada tahun 2022, jadwal keanggotaannya belum ditentukan.
Dengan bergabungnya Swedia, NATO semakin kuat dan memperkuat komitmen untuk menjaga perdamaian dan keamanan di kawasan Atlantik Utara dan Eropa.
Discussion about this post