Pesta Ya’ahowu masih berlanjut hingga November 2016. Ribuan warga dan turis hadir untuk menikmati beragam atraksi budaya dan perlombaan, sejak gelaran ini dibuka oleh Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dan Menkumham Yasonna Hamonangan Laoly
di Lapangan Orurusa Telukdalam, Nias Selatan, Sabtu (17/9/2016) silam.
Event kebudayaan terbesar di Pulau Nias ini sepertinya memang menjadi magnet tersendiri untuk menarik kunjungan turis nusantara maupun manca negara. Sektor pariwisata pun menggeliat, seiring semangat para pelaku wisata menyambut kedatangan wisatawan.
Potensi Pulau Nias sebagai destinasi wisata unggulan kelas dunia memang tidak diragukan lagi. Mungkin anda sudah bosan mendengar pernyataan itu. Tapi itulah faktanya. Kendala terbesar hanyalah kurangnya promosi hingga dunia internasional kurang mengetahui potensi wisata di Pulau Nias. Selain itu, persoalan infrastruktur dan kesiapan mental masyarakat juga menjadi masalah tersendiri.
Akses jalan dan fasilitas di sekitar lokasi wisata masih minim hingga menyulitkan wisatawan untuk tinggal berlama-lama. Dan bukan sekali dua kali terjadi, wisatawan yang sedang asyik berenang tiba-tiba menyadari dirinya sedang menjadi obyek tontonan warga sekitar hingga wisatawan tersebut menjadi risih dan merasa tidak betah.
Untuk mengatasi kendala-kendala semacam itu, di sinilah diperlukan sebuah event akbar seperti Pesta Ya’ahowu yang bisa mempromosikan secara lengkap semua potensi wisata Nias sampai ke tingkat dunia. “Tinggal mempromosikan lebih baik,” ujar Menteri Arief Yahya, beberapa waktu lalu.
Arief mengatakan hal itu karena menyadari pesona alam Pulau Nias sebenarnya sudah mulai menarik perhatian dunia. “Di Australia, pamor Nias dikenal sebagai destinasi surfing juga sudah dikenal,” katanya.
Bersamaan dengan gencarnya promosi, infrastruktur di Pulau Nias juga harus diperbaiki. Seperti Bandar udara, pelabuhan, listrik, jalan, air, telekomunikasi dan lain sebagainya. Forum Kepala Daerah (Forkada) se-Kepulauan Nias perlu mengingatkan pemerintah pusat untuk terus memberikan dukungan terhadap setiap kebijakan Pemda, terutama yang terkait dengan sektor pariwisata.
Ketua DPRD Nias Barat Nitema Gulo dalam Rapat Forkada di ruang AVO Bappeda Nias Barat, Selasa (11/10/2016) kemarin sempat menyampaikan kekhawatirannya terkait masa depan pariwisata Nias. “Saya berharap supaya pembangunan disegerakan. Karena terus terang merasa malu dengan promosi yang berlebihan, padahal kita belum siap menerima tamu dari segi infrastruktur,” tegasnya.
Pemerintah pusat sejauh ini sangat mendukung upaya membangkitkan pariwisata Nias. Terbukti dari sikap Kementerian Pariwisata yang memberikan dukungan terhadap Launching Nias, Pesona Pulau Impian dan Pesta Ya’ahowu 2016. Belum lagi penegasan Presiden Joko Widodo dalam kunjungannya ke Pulau Nias bulan Agustus lalu, dimana saat itu Presiden menegaskan pentingnya sektor kelautan dan pariwisata untuk memajukan Pulau Nias.
Sayangnya, pada saat bersamaan, pemerintah pusat masih terkesan setengah hati. Pesta Ya’ahowu adalah pesta budaya dan olahraga. Sejauh ini, justru Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang memberikan perhatian. Lalu ke mana menteri terkait lainnya?
Saat berita ini ditulis, Menteri Pariwisata belum sekalipun hadir selama penyelenggaraan Pesta Ya’ahowu 2016. Menteri Pemuda dan Olahraga juga tidak muncul saat pembukaan Lomba Voli Pantai di Kabupaten Nias Utara. Padahal lomba voli pantai ini merupakan bagian dari Pesta Ya’ahowu. Di sinilah peranan Forkada dibutuhkan untuk menghadirkan menteri-menteri terkait, termasuk Gubernur Sumatera Utara.
“Kami berharap Ketua Forkada bisa menggiring Menteri Pariwisata pada pemilihan Putri Pariwisata Kepulauan Nias di Pantai Sirombu tanggal 29 Oktober 2016,” ujar Bupati Nias Barat Faduhusi Daely.
Kehadiran menteri dan gubernur, atau bahkan seorang presiden di Pesta Ya’ahowu, memang tidak serta merta bisa mendongkrak kunjungan wisatawan. Sebab mereka bukan ilusionis yang mampu merubah wajah buruk pariwisata menjadi indah dalam sekejap. Tetapi setidaknya kehadiran menteri terkait dan gubernur dalam Pesta Ya’ahowu menunjukkan keseriusan pemerintah pusat maupun provinsi untuk sepenuh hati membantu memajukan pariwisata Kepulauan Nias. Tanpa dukungan sepenuh hati dari pemerintah pusat, sungguh berat untuk membangun pariwisata Nias, mengingat besarnya dana yang dibutuhkan.
Sementara ini, sambil menanti kesungguhan pemerintah pusat dan provinsi untuk membantu pembangunan pariwisata Nias, pemerintah daerah kiranya dapat memberikan pendidikan dan pemahaman yang baik kepada masyarakat untuk siap menerima kunjungan wisatawan. Sebab semua perhatian pemerintah untuk kemajuan pembangunan pariwisata pada akhirnya tidak akan ada gunanya bila masyarakat Nias sendiri tidak pernah mau sepenuh hati menerima kedatangan wisatawan.
Pesta Ya’ahowu sepantasnya bukan hanya menjadi tanda dari menggeliatnya sektor pariwisata Nias, tetapi lebih dari itu menjadi momen keterbukaan masyarakat Nias untuk membuka diri demi menyongsong masa depan yang lebih cerah.
“Harapan kami, bahwa melalui event ini, masyarakat Pulau Nias bangkit berbenah dan menyongsong perubahan dan kemajuan yang lebih baik,” ujar Ketua Umum HIMNI (Himpunan Masyarakat Nias Indonesia) Marinus Gea.
Dengan potensi wisata Nias yang tak diragukan lagi, kita yakin bahwa DNA Pulau Nias memang Pariwisata, selain sektor kelautan. “Sektor pariwisata akan menjadi sumber penerimaan terbesar, karena menghadirkan devisa yang terus bertumbuh. Sedangkan komoditas lain, seperti migas, batubara dan minyak kelapa sawit terus menurun,” kata Menko Luhut B. Panjaitan. ***